Kamis, 21 Maret 2013

APA ITU MUSIK ROHANI KRISTEN ?

Postingan ini ambil dari buku "Kumpulan Lagu Pujian & Penyembahan"  yang telah saya susun dan terbitkan bagi kelengkapan dari Departemen Musik-Pujian & Penyembahan GPdI "Calvary" Kupang NTT


PENGERTIAN MUSIK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia MUSIK adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan ; MUSIK juga dapat diartikan nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).


DARIMANAKAH ASALNYA MUSIK
Tidak ada suatu penelitian yang bisa memastikan asal muasal dari musik itu sendiri bahkan tidak ada satu suku bangsa atau kelompok (sudah/telah/sedang) hidup di bumi ini yang dapat menyatakan bahwa musik berasal dari mereka, itu karena semua orang mempunyai musik dalam salah satu bentuknya, bahkan kebudayaan yang paling primitif-pun memiliki alat musik berbeda-beda yang difungsikan untuk mengungkapkan kebahagiaan ataupun kesedihan dalam bentuk nyanyian.

Tetapi dalam Alkitab kita mengungkapkan sejarah musik itu sendiri. Dalam Kitab Ayub pasal 38:7 mengungkapkan bahwa ketika dunia dibentuk “ pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai ” maka kita bisa mengambil suatu pemikiran bahwa musik itu sendiri dimulai dari surga jauh sebelum bumi diciptakan.
Dan benar, Tuhan Allah kita sangat menyukai musik. Dengan keagungan-Nya Ia menciptakan burung-burung indah yang berkicauan dengan suara merdu. Dalam Kitab Wahyu kita membaca bahwa Dia yang berada di surga dikelilingi oleh musik karena musik memegang peranan yang sangat penting. Kitab 2 Tawarikh 5:12-14 memperlihatkan betapa kemuliaan Tuhan memenuhi Bait Allah ketika umat-Nya mengumandangkan puji-pujian.

SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK ROHANI

                  I.    Sebelum Masa Kristus
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk religius walaupun ia sering ingkar janji. Dalam kehidupan manusia terdapat suatu kesadaran akan adanya suatu Yang Mahakuasa. Sekalipun suku bangsa yang paling primitif pun merupakan makhluk religius ketika ia mencoba untuk menggenapi kewajibannya terhadap kuasa yang tak kelihatan itu. Sejak permulaan sejarah musik. selalu menjadi suatu hubungan yang unik dengan pengalaman ibadah manusia.
Ada banyak bukti menunjukkan bahwa kebudayaan Mesir, salain satu kebudayaan yang paling awal, menggunakan musik secara intensif dalam upacara ritual religius, Orang Mesir memiliki banyak instrumen musik, dari sistrum sampai harpa dengan 12 atau 13 senar. Tak diragukan lagi, Yunani, yang kebudayaannya tak kalah pentingnya memperoleh pengetahuan tentang musik dan prakteknya dari orang-orang Mesir. Orang Yunani sangat banyak menggunakan musik dalam upacara keagamaan mereka dan menyatakan bahwa musik mempengaruhi moral dan emosi manusia dan menganggap musik berasal dari dewa-dewa mereka.
Walaupun bangsa Ibrani, menggunakan musik dalam ibadah mereka kepada Yehova, namun musik tidak pernah dikembangkan seperti bangsa Yunani. Orang Ibrani, tidak seperti orang Yunani, tidak menghubungkan musik dengan moralitas. Bagi orang Ibrani, seni yang dianggap penting kalau dipakai untuk memuja dan memuji Yehova. Sebagian besar yang kita ketahui tentang ibadah orang Ibrani ada dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Di dalamnya kita mendapati sejumlah besar acuan yang membuktikan pentingnya musik vokal dan instrumental dalam ibadah orang Ibrani. Kata musik pertama-tama tertulis dalam Kitab Kejadian 4:21, di mana Yubal disebutkan sebagai “bapa, semua orang yang memainkan kecapi dan suling”. Dalam Kitab Suci ada kira-kira 13 instrumen yang berbeda, yang disebutkan, yang dapat diklasifikasikan sebagai instrumen dengan senar, instrumen tiup atau perkusi. Ada sejumlah penyanyi dan lagu disebutkan dalam Perjanjian Lama, misalnya: Lagu Miriam (Keluaran 15:20-21) Lagu Musa (Keluaran 15:2) Lagu Debora dan Barak (Hakim-Hakim 5:3), Lagu ucapan Syukur Hana (1 Samue12:1-10) Lagu ucapan syukur dan pelepasan dari kejaran Saul yang dinyanyikan Daud (II Samuel 22).
Semua kata yang berkenaan dengan musik, pemusik, instrumen musik, lagu, penyanyi dan nyanyian disebutkan 575 kali dalam seluruh isi Alkitab. Acuan yang berkaitan dengan musik didapati dan 44 dari 66 kitab dalam, Alkitab. Kitab Mazmur yang terdiri dari 150 pasal, dianggap berasal mula dari sebuah kitab yang berisi nyanyian.
Dengan jatuhnya Yerusalem di bawah kekuasaan Daud dan ditempatkannya kemah suci di kota itu, ibadah yang dilakukan menjadi semakin semarak dan dilengkapi dengan pagelaran musik. Suku Lewi ditugaskan untuk memberikan pelayanan musik dan memimpin ibadah ini. Di bawah kepemimpinan Daud paduan suara dan orkestra besar pertama dikelola untuk dipakai sebagai bagian dari ibadah di kemah suci. Ketika Salomo, anak Daud, menjadi raja dan membangun Bait Allah yang pertama, semarak, pagelaran musik menjadi semakin agung. Yosephus, sejarawan Yahudi, menulis bahwa dalam Bait Allah yang pertama ada 200.000 peniup terompet dan 200.000 penyanyi berjubah yang dilatih untuk ikut serta dalam ibadah ini. Dalam Kitab II Tawarikh pasal 5 memberikan laporan tentang hadirnya sejumlah besar penyanyi dan instrumen musik, dalam ibadah tersebut.
Setelah kembali dari tempat pembuangan di Babel, ibadah di Bait Allah kembali dilaksanakan, dengan pembangunan Bait Allah, yang kedua. Walaupun yang kedua ini tidak seindah yang pertama, namun jelas bahwa pagelaran musik merupakan bagian dari ibadah orang Ibrani. Kitab Talmud Yahudi menjelaskan tradisi menyanyikan mazmur dalam Bait Allah kedua.


                  I.    Kelahiran Yesus Kristus
Dengan datangnya era baru, yaitu kelahiran Yesus Kristus, suatu semangat dan motif baru, yang tak dikenal oleh orang Mesir, Yunani, Romawi dan Yahudi, melanda kesadaran beragama. Ini merupakan suatu kesukacitaan karena memiliki hubungan secara pribadi dan akrab dengan Allah melalui pribadi dan karya keselamatan Anak-Nya, Yesus Kristus ibadah tidak lagi terbatas pada Bait Allah atau rumah ibadat, tetapi setiap orang percaya menjadi bait bagi Allah yang hidup. Ini tidaklah sama dengan demonstrasi yang semarak dan berirama yang dikumandangkan agama-agama purba : Ini merupakan sukacita disertai dengan ibadah kepada pribadi Kristus.
Walaupun sebagian besar ibadat umat Kristen dilakukan secara rahasia karena penindasan pemerintah Romawi, namun tidak dapat disangkal musik sudah menjadi ekspresi natural bagi sukacita kristiani. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir (martir : orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau kepercayaan) yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu pujian tentang Juruselamat mereka. Kita melihat bahwa musik digunakan secara ekstensif sejak zaman awal para rasul dan masa gereja pasca para rasul dan kita dapat membacanya dalam Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den Yakobus 5:13.
Memang benar bahwa sumber utama, baik pada zaman Yudaisme kuno dan orang Kristen yang mula-mula, ialah mazmur. Namun, selain itu kita juga mendapati nyanyian Maria, Magnificat – Lukas 1:46-55; nyanyian Zakharia, Benedictus — Lukas 1:68-79; nyanyian para malaikat, Gloria in Exelsis . Lukas 2:14; nyanyian Simeon, Nunc Dimittis — Lukas 2:29; nyanyian Yesus – Matius 26:30. Nyanyian lain dalam Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kisah Para Rasul 16:25, dan nyanyian orang-orang tertebus dalam Wahyu 14:3 dan 15:3. Musik gereja Kristen yang mula-mula kebanyakan bertumpu pada vokal, dengan sedikit perhatian terhadap pemakaian instrumen.
Dengan diizinkannya kekristenan berkembang di bawah pemerintahan Konstantin Agung, organisasi yang sederhana dari gereja, para rasul lambat laun berkembang menjadi suatu sistem liturgi dan ibadah yang kompleks. Pada masa inilah St. Ambrose dari Milan banyak mendorong jemaat agar banyak memuji Tuhan. Akan tetapi lambat laun, para pengikut perorangan semakin sedikit memperoleh porsi dalam ibadah sementara pendeta memegang seluruh rincian liturgi, termasuk puji- pujian dalam ibadah.
 

                  I.    Kelahiran Yesus Kristus
Dengan datangnya era baru, yaitu kelahiran Yesus Kristus, suatu semangat dan motif baru, yang tak dikenal oleh orang Mesir, Yunani, Romawi dan Yahudi, melanda kesadaran beragama. Ini merupakan suatu kesukacitaan karena memiliki hubungan secara pribadi dan akrab dengan Allah melalui pribadi dan karya keselamatan Anak-Nya, Yesus Kristus ibadah tidak lagi terbatas pada Bait Allah atau rumah ibadat, tetapi setiap orang percaya menjadi bait bagi Allah yang hidup. Ini tidaklah sama dengan demonstrasi yang semarak dan berirama yang dikumandangkan agama-agama purba : Ini merupakan sukacita disertai dengan ibadah kepada pribadi Kristus.
Walaupun sebagian besar ibadat umat Kristen dilakukan secara rahasia karena penindasan pemerintah Romawi, namun tidak dapat disangkal musik sudah menjadi ekspresi natural bagi sukacita kristiani. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir (martir : orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau kepercayaan) yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu pujian tentang Juruselamat mereka. Kita melihat bahwa musik digunakan secara ekstensif sejak zaman awal para rasul dan masa gereja pasca para rasul dan kita dapat membacanya dalam Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den Yakobus 5:13.
Memang benar bahwa sumber utama, baik pada zaman Yudaisme kuno dan orang Kristen yang mula-mula, ialah mazmur. Namun, selain itu kita juga mendapati nyanyian Maria, Magnificat – Lukas 1:46-55; nyanyian Zakharia, Benedictus — Lukas 1:68-79; nyanyian para malaikat, Gloria in Exelsis . Lukas 2:14; nyanyian Simeon, Nunc Dimittis — Lukas 2:29; nyanyian Yesus – Matius 26:30. Nyanyian lain dalam Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kisah Para Rasul 16:25, dan nyanyian orang-orang tertebus dalam Wahyu 14:3 dan 15:3. Musik gereja Kristen yang mula-mula kebanyakan bertumpu pada vokal, dengan sedikit perhatian terhadap pemakaian instrumen.
Dengan diizinkannya kekristenan berkembang di bawah pemerintahan Konstantin Agung, organisasi yang sederhana dari gereja, para rasul lambat laun berkembang menjadi suatu sistem liturgi dan ibadah yang kompleks. Pada masa inilah St. Ambrose dari Milan banyak mendorong jemaat agar banyak memuji Tuhan. Akan tetapi lambat laun, para pengikut perorangan semakin sedikit memperoleh porsi dalam ibadah sementara pendeta memegang seluruh rincian liturgi, termasuk puji- pujian dalam ibadah.

                II.    Abad Pertengahan
Seribu tahun berikutnya, meliput kurun waktu dari abad keempat sampai kepada periode Renaissance-Reformasi, yang biasa disebut sebagai Abad Pertengahan, atau Abad kegelapan oleh para sejarawan. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para imam merupakan perkembangan musik gereja yang paling penting dari abad keempat sampai keenam. Asal mula sebenarnya dari lagu-lagu ini tidak diketahui. Pemimpin musik yang terkenal saat itu ialah St. Gregory Agung yang hidup menjelang akhir abad keenam. Lagu-lagu gereja pada masa ini sering disebut sebagai “Lagu - Lagu Cregoriari”.
Abad ketujuh sampai masa Renaissance-Reformasi menyaksikan banyak aktivitas dan perkembangan musik yang penting liturgi untuk misi dibuat dan ditetapkan liturgi ini terdiri dari dua bagian utama: Misa umum dan berjenis-jenis bagian sebuah misi. Misa umum tergantung pada penekanannya. Jenis-jenis misi lainnya juga dikembangkan pada masa ini. Liturgi dari misa-misa ini penting karena memberikan struktur-struktur musikal bagi banyak komposisi paduan suara, baik oleh orang Katolik maupun Protestan, selama berabad-abad. Salah satu contohnya ialah B. Minor Mass karangan Bach.
Abad pertengahan ini juga menandai bertumbuhnya harmoni, yang semakin maju dari nyanyian bersama menjadi mengharmoniskan dua atau lebih suara kepada satu suara melodi utama. Bagian-bagian melodi utama ini, yang dikenai sebagai cantus firmus, secara umum dipinjam dari lagu-lagu gereja yang mula-mula. Alat-alat polifonik dan untuk mengiringi lagu digunakan dalam musik ini mencapai hasil yang sempurna melalui musik dua komposer terbaik dari lagu rohani sepanjang zaman, yaitu Palestine dari abad keenam belas dan J.S. Bach, 1685-1760.
               III.    Periode Renaissance Reformasi
Periode berikutnya yang penting dalam sejarah ialah periode Renaissance-Reformasi dari tahun 1450 sampai 1600. Periode ini ditandai dengan bangkitnya perhatian dalam aktivitas intelektual dan seni. Dalam arti religius, Reformasi, yang mencapai klimaksnya oleh Martin Luther dengan “95 Tesis pada Pengakuan Augsburg” pada tahun 1517, sangat panting baik secara teologis maupun secara musikal bagi seluruh pengikut aliran ini. Pada masa itu orang-orang Kristen menyadari kebenaran dari suatu hubungan pribadi dengan Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus saja.
Adalah wajar bila dengan hadirnya kesukacitaan baru timbullah keinginan untuk mengekspresikan penyembahan dan pujian. Jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian dan paduan suara merupakan suatu kekuatan dalam gerakan baru ini. Baik teman-teman maupun musuh dari Luther mengatakan bahwa ia memperoleh lebih banyak petobat baru melalui pemanfaatan dan dorongan nyanyian jemaat daripada yang dilakukannya melalui khotbah Luther sendiri mengatakan bahwa musik merupakan pemberian Allah yang paling baik dan agung di dunia.
John Calvin dan El-ich Zwingli juga menyadari pentingnya nyanyian jemaat walaupun tidak seintensitas Luther. Calvin menyarankan agar musik diajarkan di sekolah sehingga mereka dapat belajar menyanyikan mazmur di sana dan akibatnya, dapat menyanyi dengan baik dalam ibadah di hari Minggu. Karena para reformator merasa bahwa hanya lagu-lagu dengan latar belakang Kitab Sucilah yang tepat untuk ibadah, maka hanya versi metrikal dari mazmur yang dipakai di gereja beraliran reformasi dan dinyanyikan bersama. Clement Marot merupakan tokoh penyanyi mazmur metrikal pada masa itu dan kitab nyanyian Mazmur yang paling panting ialah Kitab Nyanyian Mazmur Jenewa, yang diterbitkan pada tabun 1562.

               IV.    Abad Ketujuh Belas
Pada masa ini di Inggris kaum Puritan menjadi musuh utama gereja Anglikan. Mereka menuduh bahwa gereja sudah tidak murni lagi berafiliasi dengan gereja Roma. Mereka berusaha untuk mengurangi jatah ibadah sesederhana mungkin, selain membentuk pemerintahan gereja yang lebih demokratis. Kaum “Puritan berkembang di bawah pemerintahan yang lemah, tetapi bila pemerintahan, kuat, pengaruh mereka semakin memudar.
Praktek-praktek golongan Puritan yang menentang tata cara ibadah terutama disebabkan oleh ajaran Bohn Calvin. Sering, para pengikutnya menjadi lebih fanatik daripada pemimpinnya sendiri. Sebagai pengikut Calvin, mereka menerima isi Alkitab sebagai dasar semua aturan, hanya menerima nyanyian mazmur metrikal dinyanyikan bersama, menolak paduan suara, dan organ gereja, dan mereka memakai taktik yang radikal dan kejam untuk mencapai cita-cita mereka. Ini merupakan lembaran hitam dalam sejarah gereja. Pada masa itu banyak tempat ziarah kuno dihancurkan, kaca-kaca berwarna dipecahkan, ornamen dihancurkan, perpustakaan dan organ gereja juga ikut dimusnahkan. Dengan terjadinya restorasi hukum Stuart, Charles II dan penetapan kembali liturgi gereja Anglikan, berkembanglah suatu bentuk musik; yaitu nyanyian gereja yang diambil dari Kitab Suci (anthem). Bentuk modern dari anthem dalam bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh salah satu komposer Inggris – yang terkenal, Henry Purell. Anthem dalam bentuknya yang sekarang merupakan campuran dari motet kuno dan kantata Jerman.

                V.    Abad Kedelapan Belas
Abad kedelapan belas sudah siap menerima nyanyian pujian baru dari Isaac – Watts, 1674-1748, yang sering disebut sebagai “Bapak Lagu Pujian” dan musik: penggerak jiwa dari keluarga Wesley. Isaac Watts menggunakan lagu pujiannya untuk meringkaskan khotbahnya dan mengekspresikan teologi Calvinistiknya. Ia percaya sepenuhnya bahwa karena lagu pujian merupakan persembahan kepada Allah, maka setiap orang harus menyanyikannya sendiri. Jika nyanyian mazmur harus dipakai menegaskan bahwa nyanyian itu harus dikristenkan dan dipermodern. Beberapa hasil karyanya ialah: “When I Survey the Wondrous Cross”, “Jesus Shall Reign Wherever the Sun”.
Gerakan Wesleyan merupakan percikan api yang menimbulkan kebangunan rohani beser-besaran di Inggris. Mereka berjuang melawan agnostisisme dan lagu-lagu yang diperkenalkan oleh keluarga Wesley merupakan suatu faktor penting dalam kebangunan rohani tersebut. John sebagai pengkhotbah dan Charles sebagai pemusik menulis dan menerjemahkan 6500 lagu pujian, walaupun sebagian besar kini sudah tak terpakai lagi. Teologi mereka menentang penekanan pada “pilihan” dari ajaran Calvin. Mereka menggubah lagu pujian mengenai hampir seluruh tahapan dalam pengalaman kristiani dengan penuh kehangatan dan keyakinan. Abad kedelapan belas juga menghasilkan bentuk lain dari musik rohani, yaitu oratorio. Walaupun Heinrich Schuitz dan kemudian J.S. Bach telah menggubah banyak musik drama yang dikenal sebagai Passion Music, yang menggambarkan penderitaan Kristus, namun George Frederick Handel, 1686-1759, yang pertama menulis musik dramatis rohani dalam bahasa Inggris. Oratorionya yang paling terkenal, The Messiah, pertama kali dipagelarkan di Irlandia pada tahun 1742. Komposer oratorio lain yang terkenal ialah: Franz Joseph Haydn yang menciptakan The Creation dan Felix Mendelssohn yang menciptakan The Elijah.

               VI.    Abad Kesembilan Belas
Sementara kebanyakan penulis lagu pujian pada abad ke-17 dan 18 membuat komposisi musik yang sarat dengan keyakinan doktrin mereka, para penggubah lagu pujian abad ke-19 banyak dipengaruhi oleh semangat abad Romantik yang berniat memperbaiki kualitas literatur dari lagu-lagu pujian. Salah satu komposer lagu pada masa ini ialah Reginald Heber yang menciptakan lagu “Kudus, Kudus, Kudus”.
Pada tanggal 14 Juli 1833 suatu gerakan religius baru muncul di Inggris dengan sebutan Gerakan Oxford atau Tractarian. Gerakan ini berusaha menegakkan suatu ibadah yang lebih saleh dengan khidmat dengan penggunaan musik dalam kebaktian. Gerakan ini mempertahankan teori gereja yang universal dan rasuli, seperti yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Gerakan ini memberi banyak pengaruh kepada gereja-gereja Protestan dengan dibentuknya paduan suara anak-anak, penggunaan jubah, dan praktek ritualistik rumit lainnya, seperti penggunaan lambang, arak-arakan, dan nyanyian di akhir kebaktian.

             VII.    Nyanyian Rohani di Amerika Serikat
Di AS, para pendatang baru menggunakan nyanyian mazmur yang dipakai mereka di Inggris, dengan pikiran bahwa Allah akan tersinggung bila mereka menggunakan lagu pujian lain yang tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam Kitab Suci. Pada abad ke-18 dan awal abad ke-19, lagu-lagu pujian dari Watts, Wesley mulai diterima di gereja-gereja di Inggris. Sangat menarik untuk dicatat bahwa pada awal sejarah AS, antara tahun 1620-1820, hanya satu lagu yang digubah komposer AS yang masih dapat ditemukan dalam buku nyanyian dewasa ini. Lagu tersebut I Love The Kingdom, Lord ditulis oleh Timothy Dwight.
Mungkin Salah satu bentuk nyanyian yang berbeda yang disumbangkan dalam khazanah lagu-lagu pujian di AS ialah dengan munculnya lagu-lagu Injil (Gospel Songs). Orang banyak mengatakan bahwa lagu-lagu Injil berasal mula dari lagu-lagu spiritual dan Sekolah Minggu dari abad ke-19. Lagu-lagu Injil memperoleh dorongan yang nyata dalam masa paruh kedua abad ke-19 dengan usaha penginjilan yang dilakukan oleh D.L. Moody dan Iran Sankey.

            VIII.    Pandangan Masa Lalu, Masa Sekarang dan Masa Depan
Suatu studi tentang masa yang silam mengungkapkan, bahwa gereja Kristen telah mewarisi kekayaan musik sepanjang abad Baru sumber-sumber seperti : terjemahan dari lagu-lagu pujian Yunani dan Latin, lagu pujian dan nyanyian untuk paduan suara dari periode Reformasi; nyanyian mazmur metrikal yang dimasukkan Calvin, Marot, dan penyanyi mazmur pada zaman itu; lagu lagu pujian Watts, Wesley yang mengandung unsur “ketenangan manusiawi” dan komposer abad ke-17 dan 18 lain yang memiliki ajaran doktrin yang kuat, musik-musik Injil dari abad ke-19 dan ke-20, terutama sangat berguna untuk usaha penginjilan dan akhir abad ke-19 dan ke-20 dengan penekanan kuat pada tingkah laku kristiani dan tanggung jawab social terhadap Injil. Sebuah lagu pujian gerejawi yang baik seharusnya mewakili seluruh unsur-unsur komposisi yang baik.
Masa sekarang dan ke masa depan menunjukkan banyak trend yang akan menguasai musik gereja injili. Semakin banyak sekolah Alkitab, akademi, dan seminari yang memberi penekanan dan penganjaran tentang musik gereja lebih daripada sebelumnya. Akhir-akhir ini semakin banyak pimpinan gereja yang tertarik untuk mengembangkan musik gerejawi. Ada beberapa seminar tentang musik. Semakin banyak gereja yang menyadari akan pentingnya paduan suara dan untuk itu persiapan memang harus dilakukan sejak usia dini, yaitu sejak di Sekolah Minggu, dan sesuai dengan kelompok usia. Selamanya, karena musik dan pendidikan memiliki hubungam erat, maka suatu program musik yang terpadu di gereja merupakan alat yang penting untuk mengembangkan suatu program pendidikan Kristen yang kuat. Tetapi, perlu kita akui bahwa masih, banyak yang harus dibenahi.
 
 APA PENGARUH DAN TUJUAN DARI MUSIK
Musik merupakan ekspresi atau ungkapan isi hati manusia. Setiap orang mempunyai berbagai macam emosi, dan emosi memerlukan saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat berupa gerakan badan atau vokal. Ungkapan fisik dapat berupa tarian, dan ungkapan vokal dapat berupa musik. Ungkapan-ungkapan semacam ini lambat laun menjadi suatu seni. Musik punya pengaruh yang kuat bagi emosi manusia, ia dapat menjadi alat yg hebat untuk merangsang emosi pendengarnya, mampu mengangkat dan memberi inspirasi sebagai contoh dalam pembuatan sebuah reklame ; menggunakan musik pada suatu reklame akan merangsang keinginan pembeli untuk membelanjakan uangnya. Musik juga memegang peranan penting dalam dunia perfilman. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana menonton sebuah film hiburan yang tidak memakai musik sama sekali. Pengaruh dari musik lainnya juga didapati padaa pasien dalam mengatasi suasana tegang di ruang tunggu dokter gigi; musik juga memberikan suasana yang menyenangkan di dalam sebuah restoran atau dalam sebuah super market. Tidak berhenti di situ saja, musik juga dapat mempunyai efek buruk seperti mendorong, memperangkap seseorang, dapat menjatuhkan atau menghancurkan seseorang, musik merupakan sebuah alat pengantara, musik sebagai sebuah pembawa berita. Kabar atau cara berpikir orang yang menciptakan musik disampaikan kepada pendengar melalui musik tersebut.
Oleh karena itu kita juga harus berhati-hati dalam memilih dan mendengarkan musik yang diciptakan oleh seseorang atau sekelompok musikus yang kecanduan obat bius atau yang kerasukan setan, karena hal tersebut bisa sangat mengotori kehidupan penggemar musik jenis itu. Sebagai contoh ekstrim, kita tentunya pernah membaca atau mendengar salah satu kelompok musik Rock terkenal di Eropa dan di seluruh dunia, KISS (1979), yang merupakan singkatan resmi dari Knights In Satan’s Service, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan: "Hulubalang-Hulubalang Setan" atau "Hamba-Hamba dalam Pelayanan bagi Setan". Berita yang mereka kumandangkan ialah penghancuran, penyalahgunaan seks, pemberontakan, revolusi, dan sebagainya. Walaupun mereka bisa menciptakan musik yang hebat, sering kali konser musik mereka diwarnai dengan pesta-pora seks, kemabukan, histeria, dan perusakan total di dalam gedung.
Sebaliknya, tujuan utama dari musik adalah untuk memuliakan Allah dan mendekatkan diri kita kepada Allah sehingga musik itu sendiri harus kudus. Musik yang sengaja dibuat demi kehormatan Allah oleh orang-orang yang menguduskan dirinya kepada Allah, akan mengangkat jiwa kita untuk mendekat kepada-Nya. Hal ini juga tergantung pada jenis musik tertentu. Setiap jenis musik bisa diamati, apakah musik jenis tertentu digunakan untuk menghancurkan manusia atau mengangkat jiwa manusia mendekat kepada Allah. Kita pasti ingat peristiwa-peristiwa dalam Alkitab yang menyaksikan bahwa pujian-penyembahan yang benar menghasilkan mujizat atau bahkan peristiwa yang luar biasa, sebagai contohnya: cerita Raja Saul yang menderita tekanan jiwa pada saat Daud datang memainkan kecapi, Raja Saul kembali menjadi lega dan tenang. Ada juga tembok kota Yerikho yang oleh bangsa Israel diruntuhkan hanya dengan puji-pujian yang penuh kuasa.
Di dalam Surat Kolose pasal 3 : 16-17 dengan jelas diperintahkan “ … sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan , lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita ”. bahkan di dalam Surat Efesus 5 : 19 “ dan berkatalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati “. Jadi jelas bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk melaksanakan musik (mazmur-pujian-penyembahan) hanya untuk kemuliaan Tuhan.


HUBUNGAN MUSIK DENGAN IBADAH

Ibadah atau worship merupakan bagian dari setiap orang yang mengaku beriman. Yang dimaksud ibadah disini bukanlah sekedar satu hari berada di tempat ibadah. Ibadah terkait dengan seluruh hidup yang mengabdi kepada Allah secara totalitas tiap-tiap harinya dimanapun kita berada. Ibadah berasal dari kata aboda (bahasa Ibrani) proskuneo (bahasa Yunani) yang berarti melenturkan tubuh sampai ke tanah. Ibadah Kristen berpusat total di kebaktian Minggu, Sunday service maka kalau worship service itu kita abaikan dan merasa cukup beribadah di rumah saja maka dapatlah dipastikan pelan namun pasti kerohanian kita menjadi kering. Kebaktian Minggu merupakan inti dari ibadah. 
“Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak sorai!” Ibadah harusnya mendatangkan sukacita sejati atas kita. Wesminster short catechism menyatakan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Yang menjadi pertanyaan adalah apa artinya menikmati? Apakah kita boleh memakai semua bentuk gaya ke dalam ibadah? Bagaimana halnya dengan ibadah dimana yang hadir di dalamnya adalah orang-orang dari berbagai bangsa? Apakah setiap orang dari berbagai suku bangsa di dunia itu boleh memasukkan unsur budaya seperti musik dan bahasa ke dalam ibadah? Pertanyaannya adalah what is enjoyment? Kalau kenikmatan ibadah itu tergantung pada kita maka bolehkah unsur musik hard rock metal dimasukkan dalam ibadah untuk menarik anak-anak muda? 
Tujuan hidup kita sekaligus menjadi tujuan ibadah kita, yaitu memuliakan Dia dan menikmati Dia secara utuh. Inti ibadah bukan sekedar kenikmatan atau sekedar sukacita sesaat belaka. Esensi ibadah berada di obyek ibadah. Ketika kita datang beribadah maka bukan kita yang menjadi obyek ibadah tetapi Tuhanlah sebagai obyek. Kita harusnya dengan “gemetar” datang di hadapan-Nya sebab kalau Dia berkenan maka kita hidup tapi kalau tidak, kita akan mati. Jadi, kenikmatan bukan tergantung kita tapi ketika kita memuliakan Dia maka disana kita merasakan kenikmatan. Pertanyaannya adalah apakah Tuhan berkenan atas seluruh ibadah yang kita lakukan? 
Memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan saling terkait erat. Adalah mustahil orang dapat menikmati ibadah tetapi tidak memuliakan Tuhan. Ibadah adalah meletakkan Allah yang merupakan obyek dari ibadah itu sendiri sebagai pusat dan kita berada di dalamnya memuliakan dan menikmati Dia. Sangatlah mengerikan, di dunia modern sekarang Tuhan tidak lagi sebagai obyek ibadah tapi dirilah yang menjadi obyek. Orang hanya berpikir untung dan rugi ketika datang beribadah. Kitab Mazmur pasalnya yang ke-100 seringkali dipakai sebagai votum dalam ibadah. Mazmur membukakan kita akan apakah ibadah sejati dan kedahsyatan ketika kita datang beribadah kepada Tuhan Allah.

Pemazmur membagi Mazmur 100 menjadi dua bagian, dimana setiap bagian mempunyai isi yang sama, yakni masing-masing terdapat tiga ajakan dan tiga alasan, yaitu: Bagian Pertama (Mzm. 100:1-3): 1) tiga ajakan: Bersorak-soraklah bagi Tuhan hai, seluruh bumi! (ay. 1), beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita (ay. 2a), datanglah ke hadapan-Nya dengan sukacita (ay. 2b); 2) tiga alasan: Dialah yang menjadikan kita, punya Dialah kita, umat-Nya, kawanan domba gembalaan-Nya (ay.3). Bagian Kedua (Mzm. 100:4-5): 1) tiga ajakan: Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya; 2) tiga alasan: Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun. Kitab Mazmur 100 membukakan pada kita keindahan ibadah.
Apa yang menjadi dasar kita beribadah dengan sorak sorai? Jawabannya karena Tuhan Allah itu sendiri. Hari ini banyak orang tidak memahami akan konsep  datang beribadah dengan sorak sorai. Orang malah merasa tidak perlu untuk beribadah pada hari Minggu. Orang tidak dapat melihat indahnya ibadah, bertemu dan memuliakan Tuhan di dalam ibadah; orang menganggap ke gereja hanya kewajiban yang harus dijalankan oleh orang Kristen. Celakanya, ada orang yang ke gereja karena alasan takut diinterograsi atau dibesuk oleh para pengurus gereja, ada juga orang yang ke gereja karena untuk mendapatkan keuntungan. Bagaimana kita dapat merasakan sukacita sejati kalau kita beribadah dengan alasan demikian?
Beberapa aspek yang membuat kita merasakan sukacita sejati ketika kita datang beribadah kepada Tuhan, yaitu:

              I.    ALASAN SECARA ONTOLOGIS

v  Allah adalah Pencipta
Allah menciptakan kita, Dia pencipta kita maka betapa indah dan nyamannya kalau kita kembali pada Sang Pencipta kita. Celakanya, dunia telah dicengkeram konsep evolusi akibatnya manusia kehilangan perasaan, tidak ada relasi dengan Tuhan Sang Pencipta. Sadarlah kita adalah ciptaan yang bergantung mutlak pada Sang Pencipta. Betapa sukacita kalau kita bisa berada di rumah Tuhan. Sukacita itu bukan tergantung pada kita tetapi karena Tuhan itu sendiri. Seperti halnya seorang yang lagi kasmaran maka bisa datang ke rumah dan bertemu dengan sang kekasih akan membawa sukacita tersendiri, orang tidak akan peduli hal yang lain karena ada relasi. Bayangkan, kalau kita datang ke rumah Tuhan tetapi ribut dengan diri sendiri tentu saja kita tidak akan merasa sukacita. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau kita dapat bertemu dengan Tuhan. Pemahaman dan semangat seperti inilah yang harusnya muncul ketika kita datang beribadah kepada Tuhan.

v  Allah adalah Penebus
Manusia adalah ciptaan-Nya berarti manusia milik kepunyaan-Nya namun manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga kita tidak lagi jadi milik kepunyaan Tuhan tetapi kita jadi milik iblis. Kristus datang dari surga mulia, mati dan menggantikan kita manusia berdosa sehingga hubungan manusia yang terputus dipulihkan kembali sehingga sekarang, kita menjadi milik Tuhan kembali. Hal inilah yang seharusnya menjadikan kita bersukacita karena kita yang binasa, kini diselamatkan kembali dan kita bisa dimungkinkan kembali datang dan berada dalam rumah-Nya.

v  Allah adalah Pemelihara
Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya (Mzm. 100:3). Betapa indah Firman-Nya, Dia tidak hanya hanya mencipta dan menebus tetapi Dia juga memelihara hidup kita. Tuhan adalah gembala yang agung yang menuntun hidup kita ke padang yang berumput hijau, Dia membawa kita ke air yang tenang. Dia memelihara sehingga hidup kita menjadi tenang dan merasakan kenikmatan berada dalam pelukan-Nya. Hari ini begitu banyak orang yang ketakutan, paranoid; mereka takut mati. Hal ini disebabkan karena mereka tidak punya Tuhan, mereka tidak pernah tahu kalau ada Tuhan yang memelihara dan betapa indah hidup berada dalam pemeliharaan-Nya. Sejauh kita taat pada Sang Gembala maka Dia tidak akan membiarkan kita tersesat ataupun celaka. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? Tidak ada! Kristus Yesus adalah Gembala yang baik. Hal inilah yang harusnya menjadikan kita merasa sukacita.
Hari ini, ibadah tidak lagi disandarkan pada penciptaan, penebusan, dan pemeliharaan tapi orang memakai semangat emosi. Kalau ibadah itu hanya untuk memuaskan keinginan kita maka kita tidak akan pernah merasakan sukacita sejati. Banyak gereja yang melakukan segala cara untuk menyenangkan jemaat tapi semua itu hanyalah sukacita semu. Tuhan Allah sebagai pencipta, penebus dan pemelihara maka ketiga hal ini menjadi dasar yang hakiki, ontologism tidak dapat diganggu gugat untuk kita bersukacita dalam ibadah. Namun kalau hanya karena ketiga hal ini maka lama-kelamaan kita akan menjadi bosan tapi ada alasan lain yang membuat kita bersukacita dalam ibadah. 
 

            II.    ALASAN PRAKTIS

v  Allah itu Baik
Karakter baik itu barulah bernilai kalau direlasikan dengan suatu obyek. Demikian pula halnya dengan karakter yang lain seperti: kasih, setia, adil dan lain-lain. Tuhan itu baik itu merupakan karakter asli Allah. Banyak hal kita tidak mengerti akan kebaikan Allah khususnya ketika kita berada dalam kesulitan dan penderitaan maka orang akan bertanya dimanakah kebaikan Tuhan? Marilah kita renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahwasanya Tuhan itu baik atas kita tetapi orang seringkali menganggap remeh hal-hal yang kelihatan kecil dan remeh. Tuhan bekerja tepat pada waktu-Nya dan Dia itu baik.Kebaikan Tuhan itu tidak bersifat kondisional, hari ini baik dan besok jahat. Tidak! Tuhan itu baik karena esensi itu menjadikan kita wajib bersukacita.

v  Allah itu Kasih Setia
Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya sangatlah luar biasa. Kalau hanya baik tapi tidak setia maka itu sama dengan bohong. Kasih setia-Nya kekal, tidak berubah; Dia tetap baik meski kita berulang kali menyakiti Dia. Kasih setia-Nya terus memimpin langkah hidup kita, kasih setia-Nya terus mengampuni, kasih setia-Nya senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan juga tidak menuntut balas apapun dari kita atas kebaikan yang Dia berikan. Berbeda halnya dengan iblis, ketika dia memberi maka ia pasti akan menuntut suatu balasan. Adalah konsep yang salah bahwa dosa kita banyak maka kita tidak ke gereja. Salah! Tidak datang beribadah justru akan membuat kita makin tersesat. Tuhan ingin kita semakin dekat pada-Nya kasih setia-Nya terus mengampuni kita. Hal ini menjadikan kita bersukacita dalam ibadah.

v  Allah itu Setia
Tuhan tidak pernah berubah. Tuhan tidak dapat melanggar natur-Nya sendiri. Dia tetap setia meski kita tidak setia; Dia tetap baik meski kita seringkali melawan Dia. Bayangkan kalau Tuhan selalu berubah, hari ini baik tapi besok tidak baik atau hari ini sukacita tetapi besok sedih maka dapatlah dipastikan seluruh relasi kita dengan sesama akan menjadi buruk, setiap orang akan saling curiga. Tuhan itu kekal, Dia tidak dapat digeser oleh apapun. Hal ini menjadikan kita bersukacita karena kita mempunyai jaminan hidup di dalam Dia dan menjadikan kita setiap hari disegarkan ketika datang beribadah kepada Tuhan.

Masuklah dengan nyanyian sykur ke dalam pelatarannya dengan nyanyian pujian; bersyukurlah pada-Nya dan pujilah nama-Nya, sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya dan tetap turun murun. Pertanyaannya ketika kita datang ke dalam Rumah Tuhan hal apa yang kita lakukan?  Marilah kita evaluasi ibadah kita, ketika kita datang ke hadapan Tuhan, apa yang kita bawa di hadapan-Nya? Ataukah kita hanya datang sekedar rutinitas belaka? Setiap ibadah melihat unsur pencipta dan ciptaan, antara pemilik dan yang dimiliki, antara pemelihara dengan yang dipelihara. Ibadah itu menjadikan iman kita diperkaya, makin lama makin berakar kuat. Kehidupan ibadah akan mempengaruhi seluruh hidup kita.
Amin.

PERAN MUSIK DALAM IBADAH

”KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketehuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20)
”Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” (Kolose 3 : 16)

Melalui kedua ayat di atas kita belajar tentang AMANAT AGUNG (Visi dan Misi) bagi Gereja. Ada 4 hal yg penting untuk dilakukan oleh Gereja : Pemberitaan Injil, Pengajaran, Persekutuan, dan Ibadah. Ke-4 hal tersebut harus mendasari peranan dan tugas Gereja dalam dunia ini. Sesungguhnya di antara 4 hal tsb, ”ibadah” adalah inti dari ke-4nya. Ia harus mendasari ke-3 unsur yg lain, karena yang lain tidak dapat berperan tanpa adanya ibadah. Ibadah bukan hanya sekedar nama atau stempel bagi pengikut Kristus, tetapi dinamo yang menggerakkan dan menghidupkan semua orang maupun aktifitas yg dilakukan oleh Gereja.
Berdasarkan Amanat Agung maka semua pelayanan Gereja harus mengandung 4 hal tersebut, tidak terkecuali ”MUSIK”. Musik adalah elemen yang penting dalam ibadah Kristen, sehingga sifatnya lebih ”vertikal”, meskipun unsur horizontalnya juga tidak dapat dilupakan. Musik Gereja atau lebih tepat disebut ”Musik Ibadah” mempunyai Visi dan Misi. Inilah yg membedakan musik ibadah dengan musik sekuler. Dan karena Visi dan Misi Gereja terdapat dalam Amanat Agung, maka musik ibadah juga demikian adanya.
 
APAKAH MUSIK GEREJA ITU

Apakah yang dikatakan oleh Alkitab mengenai Musik? Sesungguhnya Alkitab banyak berbicara tentang musik. La Mar Boschman dlm bukunya ”Rebirth Of Music” menulis : “ Musik disebutkan dalam Alkitab lebih dari 839 kali. Tuhan begitu menganggap penting musik untuk disebutkan banyak dalam kesempatan FirmanNya”. Martin Luther sebagai Bapak Reformasi mengatakan : ”Music is a gift of God, not of men” (Musik merupakan anugerah Allah kepada manusia). Ronald Allen dan Gordon Borror, penulis buku “Worship, Rediscovering The Missing Jewel”, mengatakan : “Allah menganugerahkan musik agar kita dapat memperkembangkannya dan menggunakannya untuk mengungkapkan kreatifitas kita di dalam penyembahan dan ibadah kepada Allah”.
Tetapi dalam kitab Mazmur yg merupakan BUKU NYANYIAN orang Yahudi dapat kita lihat pentingnya peranan musik dalam ibadah. Sebagai contoh dalam Mazmur 95 : 2 menyebutkan “ Biarlah kita menghadap wajahNya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagiNya dengan nyanyian mazmur.” Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris kata “nyanyian mazmur” itu bunyinya: “music and song”, sehingga artinya jelas sekali bahwa tekanan untuk mendekati Allah melalui musik itu sangat penting.
Dalam Kitab Keluaran Pasal 20 tentang 10 Perintah Allah yg melarang penggunaan beberapa macam cabang seni untuk sarana beribadah (contoh : membuat patung). Tetapi tidak satu katapun yg melarang penggunaan musik untuk beribadah. Sehingga kesimpulan kita ialah Allah mengijinkan penggunaan musik untuk ibadah bani Israel. Musik sangat berkembang dalam kehidupan bani Israel, bahkan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan raja Daud yang juga terkenal sebagai seorang ahli musik. Bahkan ia telah melihat kuasa yang terkandung dalam musik yang dimainkannya ketika ia harus melayani raja Saul di istana. Setiap kali Saul dapat ditenangkan kembali pada waktu Daud memainkan musik. Ketika Daud menjadi raja, ia yakin bahwa musik mempunyai peranan penting bagi pelayanan ibadah dalam Bait Allah. Hasil karyanya yang terutama adalah dibentuknya organisasi musik dalam Bait Allah, yang merupakan organisasi musik gereja yang pertama (I Tawarikh 25). Sejak saat itu musik memegang peranan penting dalam Bait Allah.
Dalam beberapa peristiwa dalam Alkitab kita melihat bahwa Allah merupakan pusat dari kegiatan musik. Misalnya : Tembok Yerikho runtuh pada waktu terompet dibunyikan (Yosua 6 : 4-20), Elisa memerlukan seorang pemain musik untuk bermain baginya agar Roh Allah turun ke atasnya (2 Raja-Raja 3 : 15), dll. Puncak dari pelayanan musik terjadi pada waktu pentahbisan Bait Allah jaman Raja Salomo, ketika kemuliaan turun memenuhi Bait Allah saat musik dimainkan (2 Tawarikh 5 : 11-14). Kitab Mazmur adalah kitab nyanyian bani Israel, di dalamnya kita temukan beberapa alat musik yang dapat dipakai untuk beribadah. Dengan melihat jumlah alat musik yang disebut, kita pasti yakin bahwa semua alat musik yang terdapat pada masa itu dipakai semuanya tanpa kecuali, sehingga hal ini membuktikan bahwa musik dalam Perjanjian Lama bukan hanya musik yang tenang dan khidmat saja, tetapi kadang juga ramai seperti yang dikatakan oleh Mazmur 100:1 ” Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi.”
Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kita menemukan musik vokal lebih daripada musik instrumental. Tetapi penggunaan musik vokal di sini tidak bermaksud untuk menghilangkan penggunaan alat musik. Melainkan untuk menunjukkan bahwa musik mempunyai tempat yang penting sebagai sarana untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Perjanjian Baru menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur, nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yang terdapat dalam Efesus 5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Don Hustad seorang tokoh dalam bidang musik gereja dan bekas pemain organ dalam kampanye KKR Dr.Billly Graham, melihat bahwa Perjanjian Baru menekankan tentang peranan manusia dan asal-usul musik yang Ilahi. Ia berkata bahwa musik itu mengalir keluar dari pengalaman manusia.
Dari ayat-ayat di atas kita yakin bahwa Perjanjian Baru tidak menolak penggunaan musik. Perjanjian Baru dibuka melalui sebuah OVERTURE, yaitu nyanyian malaikat untuk kedatangan Mesias. Yesus sebagai tokoh utama tidak juga menolak musik. Ia tetap memegang tradisi untuk menyanyikan pujian sesudah Perjamuan Paskah (Matius 26 : 26-30, Markus 14 : 26). Rasul Paulus dan Silas memuji-muji Tuhan ketika berada dalam penjara hingga pintu dan belenggu terlepas (Kisah Para Rasul 16 : 25-30). Puncak dari musik Gereja dapat kita baca dalam kitab Wahyu. Sejak awal yang dimulai dengan penglihatan Yohanes atas Takhta Allah sampai pada penglihatan tentang Yerusalem Baru suara musik memenuhi kitab ini. Dalam kitab Wahyu kita melihat suatu program liturgi ibadah dan penyembahan yang sangat indah. Kita melihat demonstrasi peleburan antara musik dan ibadah. Hal ini juga membuktikan bahwa musik mempunyai dimensi eskatologi. Kitab ini cocok sekali jika disamakan suatu lagu penutup dari sebuah konser musik dari Perjanjian Baru atau bahkan Alkitab.
Musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, sehingga untuk mencapai hasil yang prima dalam ibadah kita harus menggabungkan keduanya. Oleh karena itu peranan musik adalah : untuk menciptakan kesadaran akan kehadiran Allah dan suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap hidupnya.
Waktu sekarang ini yang kita lihat adalah hal yang memprihatinkan di bidang musik gereja. Karena sekarang ini yang memegang kendali musik bukan lagi Gereja, tetapi sebaliknya Gereja banyak dipengaruhi oleh musik sekuler. Bahkan di mana-mana sekarang ini musik gereja menjadi suatu usaha bisnis yang besar dan menguntungkan. Memang hal ini tidak dapat dicegah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi modern yang ditemukan oleh umat manusia. Tetapi yang menyedihkan adalah musik tidak berperan aktif lagi dalam ibadah Kristen, baik secara kelompok maupun secara perseorangan. Ada kalanya musik telah dieksploatir atau dimanipulasikan sebagai entertainment saja atau untuk menggugah emosi. Meskipun jemaat mendapat porsi yang cukup banyak dalam menyanyi, tetapi porsi ini tidak cukup menjamin bahwa jemaat telah dipersiapkan untuk menerima Firman Tuhan dan pengalaman ibadah yang memuaskan. Kadang-kadang yang kita temukan di gereja adalah susunan liturgi dengan nyanyian-nyanyian yang dari minggu ke minggu dipakai tanpa perubahan sehingga kita dapat menerka nyanyian apa yang akan dinyanyikan sesudah acara ini dan sebagainya. Bahkan Paduan Suara Gereja yang menempati suatu acara yang cukup penting seringkali tidak dapat mempersiapkan sidang dalam beribadah. Keluhan yang sering terdengar adalah kurangnya lagu-lagu baru dan repertoire yang up to date menyebabkan mereka mengulang-ulangi nyanyian yang lama atau bahkan sebaliknya lebih sering menggunakan nyanyian terbaru dan melupakan nyanyian yang lama, karena nyanyian yang baru lebih familier di telinga ketimbang akord dari lagu-lagu lama yang “aneh” atau ganjil.
Apakah keluhan ini benar? Memang keluhan ini benar, tetapi sebagian kecil saja. Sebab kita tidak berani memakai nyanyian baru yang mempunyai akord-akord yg modern dan sedang ”in” saat ini. Kita semua takut kalau dianggap tidak becus menyanyikan musik-musik standard dari Eropa yang telah diakui sebagai yang terbaik dan paling cocok untuk musik gereja. Sampai-sampai kita lupa bahwa dunia di sekeliling kita telah berubah, dan tidak banyak lagi orang yang dapat menikmati dan mencernakan musik yang kita bawakan.
Jika kita kembali kepada peranan Gereja dan musik yang sejalan, maka kita harus mengintrospeksi diri sendiri mengenai musik-musik yang kita sajikan kepada sidang jemaat. Pertama-tama kita harus ingat musik itu harus dapat menolong jemaat untuk mengalami ibadah yang benar, jadi mereka harus mengerti apa yang mereka dengar atau nyanyikan. Sebab itu berilah mereka nyanyian yang dapat mereka nikmati sehingga menolong mereka untuk melihat kebenaran Allah dan menyadari dirinya sebagai manusia yang memerlukan Allah. Yang kedua, kita harus ingat musik termasuk cabang seni. Dan harus kita ingat juga bahwa seni tidak pernah mandeg, tetapi terus berkembang. Tidak mungkin untuk membendung atau mencegah perkembangannya. Jalan satu-satunya : Janganlah mencoba untuk membendung atau menolaknya, tetapi ikutilah alirannya tanpa harus tenggelam di dalamnya. Hanya degan cara inilah kita dapat kembali menempatkan musik pada proporsi yang sebenarnya di dalam gereja tanpa membingungkan dan membosankan pendengar atau penyanyi.
Apakah semua musik akan dapat dipakai dalam ibadah? Marilah kita mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rev. Virgil C. Funk : ”The musician has every right to insist that music be godd. But although all liturgical music should be good music, not all good music is suitable to the liturgy. The nature of the liturgy itself will help to determine what kind of music is called for, what parts are to be preferred for singing and who is to sing them.” Setiap musik mempunyai tempat sendiri-sendiri, dan kesempatan untuk tiap musik dimainkan juga bebeda-beda, Oleh sebab itu seseorang yang berkecimpung dalam dunia musik gereja harus peka terhadap musik yang mereka pilih. Bukan hanya yang mereka senangi atau kenal saja, tetapi terutama kesempatan yang diberikan itu harus sesuai dengan musik yang mereka pilih. Mengenai komposisinya, dapat dipilih dari yang klassik sampai dengan yang modern, asal sesuai dengan suasananya.   Dan harus diingat pagelaran musik gereja tidak boleh hanya menjadi sarana hiburan saja, tetapi harus membawa suasana beribadah yang mengingatkan manusia kepada kebesaran Allah sang Pencipta.
Carl Harter menulis dalam bukunya “The Practice of Sacred Music” : “The chief, and perhaps only, difference between the music of the church and secular music is a difference in function. Where secular music is free to address itself to any man’s emotions , the music of the church is restricted to serving the Word of God, its presentation to man and man’s response to the Word. Church Music is never an end in itself; nor its function to entertain.” Jelaslah sekarang perbedaan antara musik gereja dan musik sekuler. Musik gereja harus selalu menunjukkan kepada Allah, tetapi musik sekuler adalah musik untuk diri sendiri (bagi pemusiknya maupun pendengarnya).
Musik harus dijadikan senjata utama dalam misi gereja di dunia, oleh karena itu “iman” dari para penyanyinya harus nampak dan dapat dirasakan melalui nyanyian atau musik yang dimainkannya. Kita tidak boleh memandang musik hanya sebagai pengisi acara kebaktian saja. Nyanyian Gereja/rohani bukan saja menjadi kesaksian, tetapi juga alat untuk menyampaikan kesaksian itu. Musik sebagai alat pertumbuhan rohani harus dimulai dari lutut kita semua. Ia bertumbuh melalui iman dan pengabdian. Oleh karena itu musik harus dipilih berdasarkan kebenaran theologinya, baik dalam pemberitaannya maupun dalam penjiwaannya bukan hanya karena segi-segi artistik saja.
Karena musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan kepada Allah maka kita harus melihat kembali apa yang patut kita kerjakan untuk musik agar menempati porsi yang benar. Pertama, kita harus menyadari betapa besar dan kuatnya pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama emosi manusia. Kedua, seni tidak dapat dicegah perkembangannya tetapi harus diikuti tanpa ikut terhanyut di dalamnya. Dalam hal ini kita harus bergantung kepada pimipinan Roh Kudus. Bila kita telah memakai jenis musik yang mana saja, janganlah lupa untuk mengingat bahwa fungsi musik adalah untuk melayani dan memuliakan Allah, bukan untuk mencari pujian bagi diri pribadi. Thomas L. Are dalam bukunya ”Faithsong” menulis bahwa musik itu mati, yang dapat memberikan hidup adalah penyanyinya atau pemain musiknya. Jadi semua yang dilakukan oleh pemain musik atau penyanyi akan tercermin dalam musik yg dibawakannya. Ketiga, semua orang yang terlibat dalam pelayanan musik dalam gereja harus ingat bahwa mereka melayani Allah, janganlah mencoba untuk meninggikan diri sendiri. Tetapi dengan rendah hati memberikan semua yang mereka punyai, baik bakat, talenta dan sebagainya bagi Allah. Ingat, ini bukan berarti kita harus berpuas diri dan tidak usah belajar lagi, karena semua sudah diserahkan kepada Roh Kudus. Justru kita harus meningkatkan diri agar pelayanan musik makin meningkat dan makin sempurna. Kesempurnaan harus selalu kita kejar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar