Postingan ini ambil dari buku "Kumpulan Lagu Pujian & Penyembahan" yang telah saya susun dan terbitkan bagi kelengkapan dari Departemen Musik-Pujian & Penyembahan GPdI "Calvary" Kupang NTT
PENGERTIAN MUSIK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia MUSIK
adalah ilmu atau seni menyusun nada atau
suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan ; MUSIK juga
dapat diartikan nada atau suara yang
disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan
(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
DARIMANAKAH ASALNYA MUSIK
Tidak ada suatu penelitian yang bisa memastikan asal muasal dari musik itu sendiri bahkan tidak ada satu suku bangsa atau kelompok (sudah/telah/sedang) hidup di bumi ini yang dapat menyatakan bahwa musik berasal dari mereka, itu karena semua orang mempunyai musik dalam salah satu bentuknya, bahkan kebudayaan yang paling primitif-pun memiliki alat musik berbeda-beda yang difungsikan untuk mengungkapkan kebahagiaan ataupun kesedihan dalam bentuk nyanyian.
Tetapi dalam Alkitab
kita mengungkapkan sejarah musik itu sendiri. Dalam Kitab Ayub pasal 38:7
mengungkapkan bahwa ketika dunia dibentuk “ pada
waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah
bersorak-sorai ” maka kita bisa mengambil suatu pemikiran bahwa musik
itu sendiri dimulai dari surga jauh sebelum bumi diciptakan.
Dan benar, Tuhan Allah kita sangat menyukai
musik. Dengan keagungan-Nya Ia menciptakan burung-burung indah yang berkicauan
dengan suara merdu. Dalam Kitab Wahyu kita membaca bahwa Dia yang berada di
surga dikelilingi oleh musik karena musik memegang peranan yang sangat penting.
Kitab 2 Tawarikh 5:12-14 memperlihatkan betapa kemuliaan Tuhan memenuhi Bait
Allah ketika umat-Nya mengumandangkan puji-pujian.
SEJARAH PERKEMBANGAN MUSIK ROHANI
I. Sebelum
Masa Kristus
Pada
dasarnya manusia merupakan makhluk religius walaupun ia sering ingkar janji.
Dalam kehidupan manusia terdapat suatu kesadaran akan adanya suatu Yang Mahakuasa.
Sekalipun suku bangsa yang paling primitif pun merupakan makhluk religius
ketika ia mencoba untuk menggenapi kewajibannya terhadap kuasa yang tak
kelihatan itu. Sejak permulaan sejarah musik. selalu menjadi suatu hubungan
yang unik dengan pengalaman ibadah manusia.
Ada banyak
bukti menunjukkan bahwa kebudayaan Mesir, salain satu kebudayaan yang paling
awal, menggunakan musik secara intensif dalam upacara ritual religius, Orang
Mesir memiliki banyak instrumen musik, dari sistrum sampai harpa dengan 12 atau
13 senar. Tak diragukan lagi, Yunani, yang kebudayaannya tak kalah pentingnya
memperoleh pengetahuan tentang musik dan prakteknya dari orang-orang Mesir. Orang
Yunani sangat banyak menggunakan musik dalam upacara keagamaan mereka dan
menyatakan bahwa musik mempengaruhi moral dan emosi manusia dan menganggap
musik berasal dari dewa-dewa mereka.
Walaupun
bangsa Ibrani, menggunakan musik dalam ibadah mereka kepada Yehova, namun musik
tidak pernah dikembangkan seperti bangsa Yunani. Orang Ibrani, tidak seperti
orang Yunani, tidak menghubungkan musik dengan moralitas. Bagi orang Ibrani,
seni yang dianggap penting kalau dipakai untuk memuja dan memuji Yehova. Sebagian
besar yang kita ketahui tentang ibadah orang Ibrani ada dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama. Di dalamnya kita mendapati sejumlah besar acuan yang
membuktikan pentingnya musik vokal dan instrumental dalam ibadah orang Ibrani.
Kata musik pertama-tama tertulis dalam Kitab Kejadian 4:21, di mana Yubal
disebutkan sebagai “bapa, semua orang yang memainkan kecapi dan suling”. Dalam
Kitab Suci ada kira-kira 13 instrumen yang berbeda, yang disebutkan, yang dapat
diklasifikasikan sebagai instrumen dengan senar, instrumen tiup atau perkusi. Ada sejumlah penyanyi dan
lagu disebutkan dalam Perjanjian Lama, misalnya: Lagu Miriam (Keluaran
15:20-21) Lagu Musa (Keluaran 15:2) Lagu Debora dan Barak (Hakim-Hakim 5:3), Lagu
ucapan Syukur Hana (1 Samue12:1-10) Lagu ucapan syukur dan pelepasan dari
kejaran Saul yang dinyanyikan Daud (II Samuel 22).
Semua kata
yang berkenaan dengan musik, pemusik, instrumen musik, lagu, penyanyi dan
nyanyian disebutkan 575 kali dalam seluruh isi Alkitab. Acuan yang berkaitan
dengan musik didapati dan 44 dari 66 kitab dalam, Alkitab. Kitab Mazmur yang
terdiri dari 150 pasal, dianggap berasal mula dari sebuah kitab yang berisi
nyanyian.
Dengan jatuhnya
Yerusalem di bawah kekuasaan Daud dan ditempatkannya kemah suci di kota itu, ibadah yang
dilakukan menjadi semakin semarak dan dilengkapi dengan pagelaran musik. Suku
Lewi ditugaskan untuk memberikan pelayanan musik dan memimpin ibadah ini. Di
bawah kepemimpinan Daud paduan suara dan orkestra besar pertama dikelola untuk
dipakai sebagai bagian dari ibadah di kemah suci. Ketika Salomo, anak Daud,
menjadi raja dan membangun Bait Allah yang pertama, semarak, pagelaran musik
menjadi semakin agung. Yosephus, sejarawan Yahudi, menulis bahwa dalam Bait
Allah yang pertama ada 200.000 peniup terompet dan 200.000 penyanyi berjubah
yang dilatih untuk ikut serta dalam ibadah ini. Dalam Kitab II Tawarikh pasal 5
memberikan laporan tentang hadirnya sejumlah besar penyanyi dan instrumen
musik, dalam ibadah tersebut.
Setelah kembali dari tempat pembuangan di Babel,
ibadah di Bait Allah kembali dilaksanakan, dengan pembangunan Bait Allah, yang
kedua. Walaupun yang kedua ini tidak seindah yang pertama, namun jelas bahwa
pagelaran musik merupakan bagian dari ibadah orang Ibrani. Kitab Talmud Yahudi
menjelaskan tradisi menyanyikan mazmur dalam Bait Allah kedua.
I. Kelahiran
Yesus Kristus
Dengan
datangnya era baru, yaitu kelahiran Yesus Kristus, suatu semangat dan motif
baru, yang tak dikenal oleh orang Mesir, Yunani, Romawi dan Yahudi, melanda
kesadaran beragama. Ini merupakan suatu kesukacitaan karena memiliki hubungan
secara pribadi dan akrab dengan Allah melalui pribadi dan karya keselamatan
Anak-Nya, Yesus Kristus ibadah tidak lagi terbatas pada Bait Allah atau rumah
ibadat, tetapi setiap orang percaya menjadi bait bagi Allah yang hidup. Ini
tidaklah sama dengan demonstrasi yang semarak dan berirama yang dikumandangkan
agama-agama purba : Ini merupakan sukacita disertai dengan ibadah kepada pribadi
Kristus.
Walaupun
sebagian besar ibadat umat Kristen dilakukan secara rahasia karena penindasan
pemerintah Romawi, namun tidak dapat disangkal musik sudah menjadi ekspresi
natural bagi sukacita kristiani. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir (martir
: orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan
agama atau kepercayaan) yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu
pujian tentang Juruselamat mereka. Kita melihat bahwa musik digunakan secara
ekstensif sejak zaman awal para rasul dan masa gereja pasca para rasul dan kita
dapat membacanya dalam Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den
Yakobus 5:13.
Memang
benar bahwa sumber utama, baik pada zaman Yudaisme kuno dan orang Kristen yang
mula-mula, ialah mazmur. Namun, selain itu kita juga mendapati nyanyian Maria,
Magnificat – Lukas 1:46-55; nyanyian Zakharia, Benedictus — Lukas 1:68-79;
nyanyian para malaikat, Gloria in Exelsis . Lukas 2:14; nyanyian Simeon, Nunc
Dimittis — Lukas 2:29; nyanyian Yesus – Matius 26:30. Nyanyian lain dalam
Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kisah Para Rasul 16:25,
dan nyanyian orang-orang tertebus dalam Wahyu 14:3 dan 15:3. Musik gereja
Kristen yang mula-mula kebanyakan bertumpu pada vokal, dengan sedikit perhatian
terhadap pemakaian instrumen.
Dengan diizinkannya
kekristenan berkembang di bawah pemerintahan Konstantin Agung, organisasi yang
sederhana dari gereja, para rasul lambat laun berkembang menjadi suatu sistem
liturgi dan ibadah yang kompleks. Pada masa inilah St. Ambrose dari Milan banyak mendorong
jemaat agar banyak memuji Tuhan. Akan tetapi lambat laun, para pengikut
perorangan semakin sedikit memperoleh porsi dalam ibadah sementara pendeta
memegang seluruh rincian liturgi, termasuk puji- pujian dalam ibadah.
I. Kelahiran
Yesus Kristus
Dengan
datangnya era baru, yaitu kelahiran Yesus Kristus, suatu semangat dan motif
baru, yang tak dikenal oleh orang Mesir, Yunani, Romawi dan Yahudi, melanda
kesadaran beragama. Ini merupakan suatu kesukacitaan karena memiliki hubungan
secara pribadi dan akrab dengan Allah melalui pribadi dan karya keselamatan
Anak-Nya, Yesus Kristus ibadah tidak lagi terbatas pada Bait Allah atau rumah
ibadat, tetapi setiap orang percaya menjadi bait bagi Allah yang hidup. Ini
tidaklah sama dengan demonstrasi yang semarak dan berirama yang dikumandangkan
agama-agama purba : Ini merupakan sukacita disertai dengan ibadah kepada pribadi
Kristus.
Walaupun
sebagian besar ibadat umat Kristen dilakukan secara rahasia karena penindasan
pemerintah Romawi, namun tidak dapat disangkal musik sudah menjadi ekspresi
natural bagi sukacita kristiani. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir (martir
: orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan
agama atau kepercayaan) yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu
pujian tentang Juruselamat mereka. Kita melihat bahwa musik digunakan secara
ekstensif sejak zaman awal para rasul dan masa gereja pasca para rasul dan kita
dapat membacanya dalam Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den
Yakobus 5:13.
Memang
benar bahwa sumber utama, baik pada zaman Yudaisme kuno dan orang Kristen yang
mula-mula, ialah mazmur. Namun, selain itu kita juga mendapati nyanyian Maria,
Magnificat – Lukas 1:46-55; nyanyian Zakharia, Benedictus — Lukas 1:68-79;
nyanyian para malaikat, Gloria in Exelsis . Lukas 2:14; nyanyian Simeon, Nunc
Dimittis — Lukas 2:29; nyanyian Yesus – Matius 26:30. Nyanyian lain dalam
Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kisah Para Rasul 16:25,
dan nyanyian orang-orang tertebus dalam Wahyu 14:3 dan 15:3. Musik gereja
Kristen yang mula-mula kebanyakan bertumpu pada vokal, dengan sedikit perhatian
terhadap pemakaian instrumen.
Dengan diizinkannya
kekristenan berkembang di bawah pemerintahan Konstantin Agung, organisasi yang
sederhana dari gereja, para rasul lambat laun berkembang menjadi suatu sistem
liturgi dan ibadah yang kompleks. Pada masa inilah St. Ambrose dari Milan banyak mendorong
jemaat agar banyak memuji Tuhan. Akan tetapi lambat laun, para pengikut
perorangan semakin sedikit memperoleh porsi dalam ibadah sementara pendeta
memegang seluruh rincian liturgi, termasuk puji- pujian dalam ibadah.
II. Abad
Pertengahan
Seribu
tahun berikutnya, meliput kurun waktu dari abad keempat sampai kepada periode
Renaissance-Reformasi, yang biasa disebut sebagai Abad Pertengahan, atau Abad
kegelapan oleh para sejarawan. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para imam
merupakan perkembangan musik gereja yang paling penting dari abad keempat
sampai keenam. Asal mula sebenarnya dari lagu-lagu ini tidak diketahui.
Pemimpin musik yang terkenal saat itu ialah St. Gregory Agung yang hidup
menjelang akhir abad keenam. Lagu-lagu gereja pada masa ini sering disebut
sebagai “Lagu - Lagu Cregoriari”.
Abad
ketujuh sampai masa Renaissance-Reformasi menyaksikan banyak aktivitas dan
perkembangan musik yang penting liturgi untuk misi dibuat dan ditetapkan liturgi
ini terdiri dari dua bagian utama: Misa umum dan berjenis-jenis bagian sebuah
misi. Misa umum tergantung pada penekanannya. Jenis-jenis misi lainnya juga
dikembangkan pada masa ini. Liturgi dari misa-misa ini penting karena memberikan
struktur-struktur musikal bagi banyak komposisi paduan suara, baik oleh orang
Katolik maupun Protestan, selama berabad-abad. Salah satu contohnya ialah B.
Minor Mass karangan Bach.
Abad
pertengahan ini juga menandai bertumbuhnya harmoni, yang semakin maju dari
nyanyian bersama menjadi mengharmoniskan dua atau lebih suara kepada satu suara
melodi utama. Bagian-bagian melodi utama ini, yang dikenai sebagai cantus
firmus, secara umum dipinjam dari lagu-lagu gereja yang mula-mula. Alat-alat
polifonik dan untuk mengiringi lagu digunakan dalam musik ini mencapai hasil
yang sempurna melalui musik dua komposer terbaik dari lagu rohani sepanjang
zaman, yaitu Palestine
dari abad keenam belas dan J.S. Bach, 1685-1760.
III. Periode
Renaissance Reformasi
Periode
berikutnya yang penting dalam sejarah ialah periode Renaissance-Reformasi dari
tahun 1450 sampai 1600. Periode ini ditandai dengan bangkitnya perhatian dalam
aktivitas intelektual dan seni. Dalam arti religius, Reformasi, yang mencapai
klimaksnya oleh Martin Luther dengan “95 Tesis pada Pengakuan Augsburg” pada
tahun 1517, sangat panting baik secara teologis maupun secara musikal bagi
seluruh pengikut aliran ini. Pada masa itu orang-orang Kristen menyadari
kebenaran dari suatu hubungan pribadi dengan Allah melalui iman di dalam Yesus
Kristus saja.
Adalah
wajar bila dengan hadirnya kesukacitaan baru timbullah keinginan untuk
mengekspresikan penyembahan dan pujian. Jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian dan
paduan suara merupakan suatu kekuatan dalam gerakan baru ini. Baik teman-teman
maupun musuh dari Luther mengatakan bahwa ia memperoleh lebih banyak petobat
baru melalui pemanfaatan dan dorongan nyanyian jemaat daripada yang
dilakukannya melalui khotbah Luther sendiri mengatakan bahwa musik merupakan
pemberian Allah yang paling baik dan agung di dunia.
John
Calvin dan El-ich Zwingli juga menyadari pentingnya nyanyian jemaat walaupun
tidak seintensitas Luther. Calvin menyarankan agar musik diajarkan di sekolah
sehingga mereka dapat belajar menyanyikan mazmur di sana dan akibatnya, dapat menyanyi dengan
baik dalam ibadah di hari Minggu. Karena para reformator merasa bahwa hanya
lagu-lagu dengan latar belakang Kitab Sucilah yang tepat untuk ibadah, maka
hanya versi metrikal dari mazmur yang dipakai di gereja beraliran reformasi dan
dinyanyikan bersama. Clement Marot merupakan tokoh penyanyi mazmur metrikal pada
masa itu dan kitab nyanyian Mazmur yang paling panting ialah Kitab Nyanyian
Mazmur Jenewa, yang diterbitkan pada tabun 1562.
IV. Abad
Ketujuh Belas
Pada masa
ini di Inggris kaum Puritan menjadi musuh utama gereja Anglikan. Mereka menuduh
bahwa gereja sudah tidak murni lagi berafiliasi dengan gereja Roma. Mereka
berusaha untuk mengurangi jatah ibadah sesederhana mungkin, selain membentuk
pemerintahan gereja yang lebih demokratis. Kaum “Puritan berkembang di bawah
pemerintahan yang lemah, tetapi bila pemerintahan, kuat, pengaruh mereka
semakin memudar.
Praktek-praktek
golongan Puritan yang menentang tata cara ibadah terutama disebabkan oleh
ajaran Bohn Calvin. Sering, para pengikutnya menjadi lebih fanatik daripada
pemimpinnya sendiri. Sebagai pengikut Calvin, mereka menerima isi Alkitab
sebagai dasar semua aturan, hanya menerima nyanyian mazmur metrikal dinyanyikan
bersama, menolak paduan suara, dan organ gereja, dan mereka memakai taktik yang
radikal dan kejam untuk mencapai cita-cita mereka. Ini merupakan lembaran hitam
dalam sejarah gereja. Pada masa itu banyak tempat ziarah kuno dihancurkan,
kaca-kaca berwarna dipecahkan, ornamen dihancurkan, perpustakaan dan organ
gereja juga ikut dimusnahkan. Dengan terjadinya restorasi hukum Stuart, Charles
II dan penetapan kembali liturgi gereja Anglikan, berkembanglah suatu bentuk
musik; yaitu nyanyian gereja yang diambil dari Kitab Suci (anthem). Bentuk
modern dari anthem dalam bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh salah satu
komposer Inggris – yang terkenal, Henry Purell. Anthem dalam bentuknya yang
sekarang merupakan campuran dari motet kuno dan kantata Jerman.
V. Abad
Kedelapan Belas
Abad
kedelapan belas sudah siap menerima nyanyian pujian baru dari Isaac – Watts, 1674-1748, yang sering disebut sebagai “Bapak Lagu
Pujian” dan musik: penggerak jiwa dari keluarga Wesley. Isaac Watts menggunakan
lagu pujiannya untuk meringkaskan khotbahnya dan mengekspresikan teologi
Calvinistiknya. Ia percaya sepenuhnya bahwa karena lagu pujian merupakan
persembahan kepada Allah, maka setiap orang harus menyanyikannya sendiri. Jika
nyanyian mazmur harus dipakai menegaskan bahwa nyanyian itu harus dikristenkan
dan dipermodern. Beberapa hasil karyanya ialah: “When I Survey the Wondrous
Cross”, “Jesus Shall Reign Wherever the Sun”.
Gerakan
Wesleyan merupakan percikan api yang menimbulkan kebangunan rohani
beser-besaran di Inggris. Mereka berjuang melawan agnostisisme dan lagu-lagu
yang diperkenalkan oleh keluarga Wesley merupakan suatu faktor penting dalam
kebangunan rohani tersebut. John sebagai pengkhotbah dan Charles sebagai
pemusik menulis dan menerjemahkan 6500 lagu pujian, walaupun sebagian besar
kini sudah tak terpakai lagi. Teologi mereka menentang penekanan pada “pilihan”
dari ajaran Calvin. Mereka menggubah lagu pujian mengenai hampir seluruh
tahapan dalam pengalaman kristiani dengan penuh kehangatan dan keyakinan. Abad
kedelapan belas juga menghasilkan bentuk lain dari musik rohani, yaitu oratorio.
Walaupun Heinrich Schuitz dan kemudian J.S. Bach telah menggubah banyak musik
drama yang dikenal sebagai Passion Music, yang menggambarkan penderitaan
Kristus, namun George Frederick Handel, 1686-1759, yang pertama menulis musik
dramatis rohani dalam bahasa Inggris. Oratorionya yang paling terkenal, The
Messiah, pertama kali dipagelarkan di Irlandia pada tahun 1742. Komposer
oratorio lain yang terkenal ialah: Franz Joseph Haydn yang menciptakan The
Creation dan Felix Mendelssohn yang menciptakan The Elijah.
VI. Abad
Kesembilan Belas
Sementara
kebanyakan penulis lagu pujian pada abad ke-17 dan 18 membuat komposisi musik
yang sarat dengan keyakinan doktrin mereka, para penggubah lagu pujian abad
ke-19 banyak dipengaruhi oleh semangat abad Romantik yang berniat memperbaiki
kualitas literatur dari lagu-lagu pujian. Salah satu komposer lagu pada masa
ini ialah Reginald Heber yang menciptakan lagu “Kudus, Kudus, Kudus”.
Pada
tanggal 14 Juli 1833 suatu gerakan religius baru muncul di Inggris dengan sebutan
Gerakan Oxford atau Tractarian. Gerakan ini berusaha menegakkan suatu ibadah
yang lebih saleh dengan khidmat dengan penggunaan musik dalam kebaktian.
Gerakan ini mempertahankan teori gereja yang universal dan rasuli, seperti yang
diajarkan oleh Kristus sendiri. Gerakan ini memberi banyak pengaruh kepada
gereja-gereja Protestan dengan dibentuknya paduan suara anak-anak, penggunaan
jubah, dan praktek ritualistik rumit lainnya, seperti penggunaan lambang,
arak-arakan, dan nyanyian di akhir kebaktian.
VII. Nyanyian
Rohani di Amerika Serikat
Di AS,
para pendatang baru menggunakan nyanyian mazmur yang dipakai mereka di Inggris,
dengan pikiran bahwa Allah akan tersinggung bila mereka menggunakan lagu pujian
lain yang tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam Kitab Suci. Pada abad
ke-18 dan awal abad ke-19, lagu-lagu pujian dari Watts,
Wesley mulai diterima di gereja-gereja di Inggris. Sangat menarik untuk dicatat
bahwa pada awal sejarah AS, antara tahun 1620-1820, hanya satu lagu yang
digubah komposer AS yang masih dapat ditemukan dalam buku nyanyian dewasa ini.
Lagu tersebut I Love The Kingdom, Lord ditulis oleh Timothy Dwight.
Mungkin
Salah satu bentuk nyanyian yang berbeda yang disumbangkan dalam khazanah
lagu-lagu pujian di AS ialah dengan munculnya lagu-lagu Injil (Gospel Songs).
Orang banyak mengatakan bahwa lagu-lagu Injil berasal mula dari lagu-lagu
spiritual dan Sekolah Minggu dari abad ke-19. Lagu-lagu Injil memperoleh
dorongan yang nyata dalam masa paruh kedua abad ke-19 dengan usaha penginjilan
yang dilakukan oleh D.L. Moody dan Iran Sankey.
VIII. Pandangan
Masa Lalu, Masa Sekarang dan Masa Depan
Suatu
studi tentang masa yang silam mengungkapkan, bahwa gereja Kristen telah
mewarisi kekayaan musik sepanjang abad Baru sumber-sumber seperti : terjemahan
dari lagu-lagu pujian Yunani dan Latin, lagu pujian dan nyanyian untuk paduan
suara dari periode Reformasi; nyanyian mazmur metrikal yang dimasukkan Calvin,
Marot, dan penyanyi mazmur pada zaman itu; lagu lagu pujian Watts, Wesley yang
mengandung unsur “ketenangan manusiawi” dan komposer abad ke-17 dan 18 lain
yang memiliki ajaran doktrin yang kuat, musik-musik Injil dari abad ke-19 dan
ke-20, terutama sangat berguna untuk usaha penginjilan dan akhir abad ke-19 dan
ke-20 dengan penekanan kuat pada tingkah laku kristiani dan tanggung jawab
social terhadap Injil. Sebuah lagu pujian gerejawi yang baik seharusnya
mewakili seluruh unsur-unsur komposisi yang baik.
Masa sekarang dan ke masa depan menunjukkan
banyak trend yang akan menguasai musik gereja injili. Semakin banyak sekolah
Alkitab, akademi, dan seminari yang memberi penekanan dan penganjaran tentang
musik gereja lebih daripada sebelumnya. Akhir-akhir ini semakin banyak pimpinan
gereja yang tertarik untuk mengembangkan musik gerejawi. Ada beberapa seminar tentang musik. Semakin banyak
gereja yang menyadari akan pentingnya paduan suara dan untuk itu persiapan
memang harus dilakukan sejak usia dini, yaitu sejak di Sekolah Minggu, dan
sesuai dengan kelompok usia. Selamanya, karena musik dan pendidikan memiliki
hubungam erat, maka suatu program musik yang terpadu di gereja merupakan alat
yang penting untuk mengembangkan suatu program pendidikan Kristen yang kuat.
Tetapi, perlu kita akui bahwa masih, banyak yang harus dibenahi.
APA PENGARUH DAN TUJUAN DARI MUSIK
Musik merupakan
ekspresi atau ungkapan isi hati manusia. Setiap orang mempunyai berbagai macam
emosi, dan emosi memerlukan saluran. Saluran bagi ungkapan emosi manusia dapat
berupa gerakan badan atau vokal. Ungkapan fisik dapat berupa tarian, dan
ungkapan vokal dapat berupa musik. Ungkapan-ungkapan semacam ini lambat laun
menjadi suatu seni. Musik punya pengaruh yang kuat bagi emosi manusia, ia dapat
menjadi alat yg hebat untuk merangsang emosi pendengarnya, mampu mengangkat dan
memberi inspirasi sebagai contoh dalam pembuatan sebuah reklame ; menggunakan
musik pada suatu reklame akan merangsang keinginan pembeli untuk membelanjakan
uangnya. Musik juga memegang peranan penting dalam dunia perfilman. Kita tidak
bisa membayangkan bagaimana menonton sebuah film hiburan yang tidak memakai
musik sama sekali. Pengaruh dari musik lainnya juga didapati padaa pasien dalam
mengatasi suasana tegang di ruang tunggu dokter gigi; musik juga memberikan
suasana yang menyenangkan di dalam sebuah restoran atau dalam sebuah super
market. Tidak berhenti di situ saja, musik juga dapat mempunyai efek buruk
seperti mendorong, memperangkap seseorang, dapat menjatuhkan atau menghancurkan
seseorang, musik merupakan sebuah alat pengantara, musik sebagai sebuah pembawa
berita. Kabar atau cara berpikir orang yang menciptakan musik disampaikan
kepada pendengar melalui musik tersebut.
Oleh karena itu kita
juga harus berhati-hati dalam memilih dan mendengarkan musik yang diciptakan
oleh seseorang atau sekelompok musikus yang kecanduan obat bius atau yang
kerasukan setan, karena hal tersebut bisa sangat mengotori kehidupan penggemar
musik jenis itu. Sebagai contoh ekstrim, kita tentunya pernah membaca atau mendengar
salah satu kelompok musik Rock terkenal di Eropa dan di seluruh dunia, KISS
(1979), yang merupakan singkatan resmi dari Knights In Satan’s Service, dalam
bahasa Indonesia diartikan dengan: "Hulubalang-Hulubalang Setan" atau
"Hamba-Hamba dalam Pelayanan bagi Setan". Berita yang mereka
kumandangkan ialah penghancuran, penyalahgunaan seks, pemberontakan, revolusi,
dan sebagainya. Walaupun mereka bisa menciptakan musik yang hebat, sering kali
konser musik mereka diwarnai dengan pesta-pora seks, kemabukan, histeria, dan
perusakan total di dalam gedung.
Sebaliknya, tujuan
utama dari musik adalah untuk memuliakan Allah dan mendekatkan diri kita kepada
Allah sehingga musik itu sendiri harus kudus. Musik yang sengaja dibuat
demi kehormatan Allah oleh orang-orang yang menguduskan dirinya kepada Allah,
akan mengangkat jiwa kita untuk mendekat kepada-Nya. Hal ini juga tergantung
pada jenis musik tertentu. Setiap jenis musik bisa diamati, apakah musik jenis
tertentu digunakan untuk menghancurkan manusia atau mengangkat jiwa manusia
mendekat kepada Allah. Kita pasti ingat peristiwa-peristiwa dalam Alkitab yang
menyaksikan bahwa pujian-penyembahan yang benar menghasilkan mujizat atau
bahkan peristiwa yang luar biasa, sebagai contohnya: cerita Raja Saul yang
menderita tekanan jiwa pada saat Daud datang memainkan kecapi, Raja Saul kembali
menjadi lega dan tenang. Ada juga tembok kota Yerikho yang oleh bangsa Israel diruntuhkan hanya dengan
puji-pujian yang penuh kuasa.
Di dalam Surat Kolose pasal 3 : 16-17 dengan
jelas diperintahkan “ … sambil
menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur
kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan
perkataan atau perbuatan , lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus,
sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita ”. bahkan di dalam
Surat Efesus 5 : 19 “ dan berkatalah
seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.
Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati “. Jadi jelas
bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk melaksanakan musik
(mazmur-pujian-penyembahan) hanya untuk kemuliaan Tuhan.
HUBUNGAN MUSIK DENGAN IBADAH
Ibadah
atau worship merupakan bagian dari setiap orang yang mengaku beriman. Yang
dimaksud ibadah disini bukanlah sekedar satu hari berada di tempat ibadah.
Ibadah terkait dengan seluruh hidup yang mengabdi kepada Allah secara totalitas
tiap-tiap harinya dimanapun kita berada. Ibadah berasal dari kata aboda (bahasa Ibrani) proskuneo (bahasa Yunani) yang berarti
melenturkan tubuh sampai ke tanah. Ibadah Kristen berpusat total di kebaktian
Minggu, Sunday service maka kalau
worship service itu kita abaikan dan merasa cukup beribadah di rumah saja maka
dapatlah dipastikan pelan namun pasti kerohanian kita menjadi kering. Kebaktian
Minggu merupakan inti dari ibadah.
“Beribadahlah
kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak sorai!”
Ibadah harusnya mendatangkan sukacita sejati atas kita. Wesminster short
catechism menyatakan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuliakan
Tuhan dan menikmati Dia. Yang menjadi pertanyaan adalah apa artinya menikmati?
Apakah kita boleh memakai semua bentuk gaya
ke dalam ibadah? Bagaimana halnya dengan ibadah dimana yang hadir di dalamnya
adalah orang-orang dari berbagai bangsa? Apakah setiap orang dari berbagai suku
bangsa di dunia itu boleh memasukkan unsur budaya seperti musik dan bahasa ke
dalam ibadah? Pertanyaannya adalah what is enjoyment? Kalau kenikmatan ibadah
itu tergantung pada kita maka bolehkah unsur musik hard rock metal dimasukkan
dalam ibadah untuk menarik anak-anak muda?
Tujuan
hidup kita sekaligus menjadi tujuan ibadah kita, yaitu memuliakan Dia dan
menikmati Dia secara utuh. Inti ibadah bukan sekedar kenikmatan atau sekedar
sukacita sesaat belaka. Esensi ibadah berada di obyek ibadah. Ketika kita
datang beribadah maka bukan kita yang menjadi obyek ibadah tetapi Tuhanlah
sebagai obyek. Kita harusnya dengan “gemetar” datang di hadapan-Nya sebab kalau
Dia berkenan maka kita hidup tapi kalau tidak, kita akan mati. Jadi, kenikmatan
bukan tergantung kita tapi ketika kita memuliakan Dia maka disana kita
merasakan kenikmatan. Pertanyaannya adalah apakah Tuhan berkenan atas seluruh
ibadah yang kita lakukan?
Memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan saling
terkait erat. Adalah mustahil orang dapat menikmati ibadah tetapi tidak
memuliakan Tuhan. Ibadah adalah meletakkan Allah yang merupakan obyek dari
ibadah itu sendiri sebagai pusat dan kita berada di dalamnya memuliakan dan
menikmati Dia. Sangatlah mengerikan, di dunia modern sekarang Tuhan tidak lagi
sebagai obyek ibadah tapi dirilah yang menjadi obyek. Orang hanya berpikir
untung dan rugi ketika datang beribadah. Kitab Mazmur pasalnya yang ke-100
seringkali dipakai sebagai votum dalam ibadah. Mazmur membukakan kita akan
apakah ibadah sejati dan kedahsyatan ketika kita datang beribadah kepada Tuhan
Allah.
Pemazmur membagi Mazmur 100 menjadi
dua bagian, dimana setiap bagian mempunyai isi yang sama, yakni masing-masing
terdapat tiga ajakan dan tiga alasan, yaitu: Bagian Pertama (Mzm.
100:1-3): 1) tiga ajakan: Bersorak-soraklah bagi Tuhan hai, seluruh bumi! (ay.
1), beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita (ay. 2a), datanglah ke
hadapan-Nya dengan sukacita (ay. 2b); 2) tiga alasan: Dialah yang menjadikan kita,
punya Dialah kita, umat-Nya, kawanan domba gembalaan-Nya (ay.3). Bagian
Kedua (Mzm. 100:4-5): 1) tiga ajakan: Masuklah melalui pintu
gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya; 2) tiga alasan: Tuhan itu baik,
kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun.
Kitab Mazmur 100 membukakan pada kita keindahan ibadah.
Apa yang
menjadi dasar kita beribadah dengan sorak sorai? Jawabannya karena Tuhan Allah
itu sendiri. Hari ini banyak orang tidak memahami akan konsep datang beribadah dengan sorak sorai. Orang
malah merasa tidak perlu untuk beribadah pada hari Minggu. Orang tidak dapat
melihat indahnya ibadah, bertemu dan memuliakan Tuhan di dalam ibadah; orang
menganggap ke gereja hanya kewajiban yang harus dijalankan oleh orang Kristen.
Celakanya, ada orang yang ke gereja karena alasan takut diinterograsi atau
dibesuk oleh para pengurus gereja, ada juga orang yang ke gereja karena untuk
mendapatkan keuntungan. Bagaimana kita dapat merasakan sukacita sejati kalau
kita beribadah dengan alasan demikian?
Beberapa
aspek yang membuat kita merasakan sukacita sejati ketika kita datang beribadah
kepada Tuhan, yaitu:
I. ALASAN
SECARA ONTOLOGIS
v Allah adalah Pencipta
Allah
menciptakan kita, Dia pencipta kita maka betapa indah dan nyamannya kalau kita
kembali pada Sang Pencipta kita. Celakanya, dunia telah dicengkeram konsep
evolusi akibatnya manusia kehilangan perasaan, tidak ada relasi dengan Tuhan
Sang Pencipta. Sadarlah kita adalah ciptaan yang bergantung mutlak pada Sang
Pencipta. Betapa sukacita kalau kita bisa berada di rumah Tuhan. Sukacita itu
bukan tergantung pada kita tetapi karena Tuhan itu sendiri. Seperti halnya
seorang yang lagi kasmaran maka bisa datang ke rumah dan bertemu dengan sang
kekasih akan membawa sukacita tersendiri, orang tidak akan peduli hal yang lain
karena ada relasi. Bayangkan, kalau kita datang ke rumah Tuhan tetapi ribut
dengan diri sendiri tentu saja kita tidak akan merasa sukacita. Sungguh
merupakan suatu anugerah kalau kita dapat bertemu dengan Tuhan. Pemahaman dan
semangat seperti inilah yang harusnya muncul ketika kita datang beribadah
kepada Tuhan.
v Allah adalah Penebus
Manusia
adalah ciptaan-Nya berarti manusia milik kepunyaan-Nya namun manusia telah
jatuh ke dalam dosa sehingga kita tidak lagi jadi milik kepunyaan Tuhan tetapi
kita jadi milik iblis. Kristus datang dari surga mulia, mati dan menggantikan
kita manusia berdosa sehingga hubungan manusia yang terputus dipulihkan kembali
sehingga sekarang, kita menjadi milik Tuhan kembali. Hal inilah yang seharusnya
menjadikan kita bersukacita karena kita yang binasa, kini diselamatkan kembali
dan kita bisa dimungkinkan kembali datang dan berada dalam rumah-Nya.
v Allah adalah Pemelihara
Ketahuilah,
bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya (Mzm. 100:3). Betapa indah Firman-Nya,
Dia tidak hanya hanya mencipta dan menebus tetapi Dia juga memelihara hidup
kita. Tuhan adalah gembala yang agung yang menuntun hidup kita ke padang yang berumput
hijau, Dia membawa kita ke air yang tenang. Dia memelihara sehingga hidup kita
menjadi tenang dan merasakan kenikmatan berada dalam pelukan-Nya. Hari ini
begitu banyak orang yang ketakutan, paranoid; mereka takut mati. Hal ini
disebabkan karena mereka tidak punya Tuhan, mereka tidak pernah tahu kalau ada
Tuhan yang memelihara dan betapa indah hidup berada dalam pemeliharaan-Nya.
Sejauh kita taat pada Sang Gembala maka Dia tidak akan membiarkan kita tersesat
ataupun celaka. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita?
Tidak ada! Kristus Yesus adalah Gembala yang baik. Hal inilah yang harusnya
menjadikan kita merasa sukacita.
Hari ini,
ibadah tidak lagi disandarkan pada penciptaan, penebusan, dan pemeliharaan tapi
orang memakai semangat emosi. Kalau ibadah itu hanya untuk memuaskan keinginan
kita maka kita tidak akan pernah merasakan sukacita sejati. Banyak gereja yang
melakukan segala cara untuk menyenangkan jemaat tapi semua itu hanyalah
sukacita semu. Tuhan Allah sebagai pencipta, penebus dan pemelihara maka ketiga
hal ini menjadi dasar yang hakiki, ontologism tidak dapat diganggu gugat untuk
kita bersukacita dalam ibadah. Namun kalau hanya karena ketiga hal ini maka lama-kelamaan
kita akan menjadi bosan tapi ada alasan lain yang membuat kita bersukacita
dalam ibadah.
II. ALASAN
PRAKTIS
v
Allah itu
Baik
Karakter
baik itu barulah bernilai kalau direlasikan dengan suatu obyek. Demikian pula
halnya dengan karakter yang lain seperti: kasih, setia, adil dan lain-lain.
Tuhan itu baik itu merupakan karakter asli Allah. Banyak hal kita tidak
mengerti akan kebaikan Allah khususnya ketika kita berada dalam kesulitan dan
penderitaan maka orang akan bertanya dimanakah kebaikan Tuhan? Marilah kita
renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahwasanya Tuhan itu baik atas kita
tetapi orang seringkali menganggap remeh hal-hal yang kelihatan kecil dan
remeh. Tuhan bekerja tepat pada waktu-Nya dan Dia itu baik.Kebaikan Tuhan itu
tidak bersifat kondisional, hari ini baik dan besok jahat. Tidak! Tuhan itu
baik karena esensi itu menjadikan kita wajib bersukacita.
v Allah itu Kasih Setia
Tuhan itu
baik dan kasih setia-Nya sangatlah luar biasa. Kalau hanya baik tapi tidak
setia maka itu sama dengan bohong. Kasih setia-Nya kekal, tidak berubah; Dia
tetap baik meski kita berulang kali menyakiti Dia. Kasih setia-Nya terus
memimpin langkah hidup kita, kasih setia-Nya terus mengampuni, kasih setia-Nya
senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan juga tidak menuntut balas apapun dari
kita atas kebaikan yang Dia berikan. Berbeda halnya dengan iblis, ketika dia
memberi maka ia pasti akan menuntut suatu balasan. Adalah konsep yang salah
bahwa dosa kita banyak maka kita tidak ke gereja. Salah! Tidak datang beribadah
justru akan membuat kita makin tersesat. Tuhan ingin kita semakin dekat
pada-Nya kasih setia-Nya terus mengampuni kita. Hal ini menjadikan kita
bersukacita dalam ibadah.
v
Allah itu
Setia
Tuhan
tidak pernah berubah. Tuhan tidak dapat melanggar natur-Nya sendiri. Dia tetap
setia meski kita tidak setia; Dia tetap baik meski kita seringkali melawan Dia.
Bayangkan kalau Tuhan selalu berubah, hari ini baik tapi besok tidak baik atau
hari ini sukacita tetapi besok sedih maka dapatlah dipastikan seluruh relasi
kita dengan sesama akan menjadi buruk, setiap orang akan saling curiga. Tuhan
itu kekal, Dia tidak dapat digeser oleh apapun. Hal ini menjadikan kita
bersukacita karena kita mempunyai jaminan hidup di dalam Dia dan menjadikan
kita setiap hari disegarkan ketika datang beribadah kepada Tuhan.
Masuklah dengan
nyanyian sykur ke dalam pelatarannya dengan nyanyian pujian; bersyukurlah
pada-Nya dan pujilah nama-Nya, sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk
selama-lamanya dan tetap turun murun. Pertanyaannya ketika kita datang ke dalam
Rumah Tuhan hal apa yang kita lakukan?
Marilah kita evaluasi ibadah kita, ketika kita datang ke hadapan Tuhan,
apa yang kita bawa di hadapan-Nya? Ataukah kita hanya datang sekedar rutinitas
belaka? Setiap ibadah melihat unsur pencipta dan ciptaan, antara pemilik dan
yang dimiliki, antara pemelihara dengan yang dipelihara. Ibadah itu menjadikan
iman kita diperkaya, makin lama makin berakar kuat. Kehidupan ibadah akan
mempengaruhi seluruh hidup kita.
Amin.
PERAN MUSIK DALAM IBADAH
”KepadaKu
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketehuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.” (Matius 28:18-20)
”Hendaklah
perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu
dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil
menyanyikan mazmur dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur
kepada Allah di dalam hatimu.” (Kolose 3 : 16)
Melalui kedua ayat di atas kita belajar tentang AMANAT
AGUNG (Visi dan Misi) bagi Gereja. Ada 4 hal yg penting untuk dilakukan oleh
Gereja : Pemberitaan Injil, Pengajaran, Persekutuan, dan Ibadah. Ke-4
hal tersebut harus mendasari peranan dan tugas Gereja dalam dunia ini.
Sesungguhnya di antara 4 hal tsb, ”ibadah” adalah inti dari ke-4nya. Ia harus
mendasari ke-3 unsur yg lain, karena yang lain tidak dapat berperan tanpa
adanya ibadah. Ibadah bukan hanya sekedar nama atau stempel bagi pengikut
Kristus, tetapi dinamo yang menggerakkan dan menghidupkan semua orang maupun
aktifitas yg dilakukan oleh Gereja.
Berdasarkan Amanat Agung maka semua pelayanan
Gereja harus mengandung 4 hal tersebut, tidak terkecuali ”MUSIK”. Musik adalah
elemen yang penting dalam ibadah Kristen, sehingga sifatnya lebih ”vertikal”,
meskipun unsur horizontalnya juga tidak dapat dilupakan. Musik Gereja atau lebih tepat disebut ”Musik Ibadah” mempunyai Visi
dan Misi. Inilah yg membedakan musik ibadah dengan musik sekuler. Dan karena
Visi dan Misi Gereja terdapat dalam Amanat Agung, maka musik ibadah juga
demikian adanya.
APAKAH MUSIK GEREJA ITU
Apakah yang dikatakan oleh Alkitab mengenai Musik?
Sesungguhnya Alkitab banyak berbicara tentang musik. La Mar Boschman dlm
bukunya ”Rebirth Of Music” menulis : “
Musik disebutkan dalam Alkitab lebih dari 839 kali. Tuhan begitu menganggap
penting musik untuk disebutkan banyak dalam kesempatan FirmanNya”. Martin
Luther sebagai Bapak Reformasi mengatakan : ”Music
is a gift of God, not of men” (Musik merupakan anugerah Allah kepada
manusia). Ronald Allen dan Gordon Borror, penulis buku “Worship, Rediscovering
The Missing Jewel”, mengatakan : “Allah menganugerahkan musik agar kita dapat
memperkembangkannya dan menggunakannya untuk mengungkapkan kreatifitas kita di
dalam penyembahan dan ibadah kepada Allah”.
Tetapi dalam kitab
Mazmur yg merupakan BUKU NYANYIAN orang Yahudi dapat kita lihat pentingnya
peranan musik dalam ibadah. Sebagai contoh dalam Mazmur 95 : 2 menyebutkan “ Biarlah kita menghadap wajahNya dengan
nyanyian syukur, bersorak-sorak bagiNya dengan nyanyian mazmur.” Dalam
Alkitab terjemahan bahasa Inggris kata “nyanyian mazmur” itu bunyinya: “music
and song”, sehingga artinya jelas sekali bahwa tekanan untuk mendekati
Allah melalui musik itu sangat penting.
Dalam Kitab Keluaran Pasal
20 tentang 10 Perintah Allah yg melarang penggunaan beberapa macam cabang seni
untuk sarana beribadah (contoh : membuat patung). Tetapi tidak satu katapun yg
melarang penggunaan musik untuk beribadah. Sehingga kesimpulan kita ialah Allah
mengijinkan penggunaan musik untuk ibadah bani Israel. Musik sangat berkembang
dalam kehidupan bani Israel,
bahkan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan raja Daud yang juga terkenal
sebagai seorang ahli musik. Bahkan ia telah melihat kuasa yang terkandung dalam
musik yang dimainkannya ketika ia harus melayani raja Saul di istana. Setiap
kali Saul dapat ditenangkan kembali pada waktu Daud memainkan musik. Ketika
Daud menjadi raja, ia yakin bahwa musik mempunyai peranan penting bagi
pelayanan ibadah dalam Bait Allah. Hasil karyanya yang terutama adalah
dibentuknya organisasi musik dalam Bait Allah, yang merupakan organisasi musik
gereja yang pertama (I Tawarikh 25). Sejak saat itu musik memegang peranan
penting dalam Bait Allah.
Dalam beberapa
peristiwa dalam Alkitab kita melihat bahwa Allah merupakan pusat dari kegiatan
musik. Misalnya : Tembok Yerikho runtuh pada waktu terompet dibunyikan (Yosua 6
: 4-20), Elisa memerlukan seorang pemain musik untuk bermain baginya agar Roh
Allah turun ke atasnya (2 Raja-Raja 3 : 15), dll. Puncak dari pelayanan musik
terjadi pada waktu pentahbisan Bait Allah jaman Raja Salomo, ketika kemuliaan
turun memenuhi Bait Allah saat musik dimainkan (2 Tawarikh 5 : 11-14). Kitab
Mazmur adalah kitab nyanyian bani Israel, di dalamnya kita temukan
beberapa alat musik yang dapat dipakai untuk beribadah. Dengan melihat jumlah
alat musik yang disebut, kita pasti yakin bahwa semua alat musik yang terdapat
pada masa itu dipakai semuanya tanpa kecuali, sehingga hal ini membuktikan
bahwa musik dalam Perjanjian Lama bukan hanya musik yang tenang dan khidmat
saja, tetapi kadang juga ramai seperti yang dikatakan oleh Mazmur 100:1 ” Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh
bumi.”
Sedangkan dalam
Perjanjian Baru, kita menemukan musik vokal lebih daripada musik instrumental.
Tetapi penggunaan musik vokal di sini tidak bermaksud untuk menghilangkan
penggunaan alat musik. Melainkan untuk menunjukkan bahwa musik mempunyai tempat
yang penting sebagai sarana untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Perjanjian
Baru menganjurkan agar umat Kristen menyanyikan mazmur, nyanyian rohani dan
puji-pujian bagi Tuhan seperti yang terdapat dalam Efesus 5:18-21, Kolose 3 :
16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13. Don Hustad seorang tokoh dalam bidang
musik gereja dan bekas pemain organ dalam kampanye KKR Dr.Billly Graham,
melihat bahwa Perjanjian Baru menekankan tentang peranan manusia dan asal-usul
musik yang Ilahi. Ia berkata bahwa musik itu mengalir keluar dari pengalaman
manusia.
Dari ayat-ayat di
atas kita yakin bahwa Perjanjian Baru tidak menolak penggunaan musik.
Perjanjian Baru dibuka melalui sebuah OVERTURE, yaitu nyanyian malaikat untuk
kedatangan Mesias. Yesus sebagai tokoh utama tidak juga menolak musik. Ia tetap
memegang tradisi untuk menyanyikan pujian sesudah Perjamuan Paskah (Matius 26 :
26-30, Markus 14 : 26). Rasul Paulus dan Silas memuji-muji Tuhan ketika berada
dalam penjara hingga pintu dan belenggu terlepas (Kisah Para
Rasul 16 : 25-30). Puncak dari musik Gereja dapat kita baca dalam kitab Wahyu.
Sejak awal yang dimulai dengan penglihatan Yohanes atas Takhta Allah sampai
pada penglihatan tentang Yerusalem Baru suara musik memenuhi kitab ini. Dalam
kitab Wahyu kita melihat suatu program liturgi ibadah dan penyembahan yang
sangat indah. Kita melihat demonstrasi peleburan antara musik dan ibadah. Hal
ini juga membuktikan bahwa musik mempunyai dimensi eskatologi. Kitab ini cocok
sekali jika disamakan suatu lagu penutup dari sebuah konser musik dari
Perjanjian Baru atau bahkan Alkitab.
Musik dan ibadah
tidak dapat dipisahkan, sehingga untuk mencapai hasil yang prima dalam ibadah
kita harus menggabungkan keduanya. Oleh karena itu peranan musik adalah : untuk
menciptakan kesadaran akan kehadiran Allah dan suasana untuk ibadah,
menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah
bersama dan menyatakan iman jemaat. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani
hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap hidupnya.
Waktu sekarang ini
yang kita lihat adalah hal yang memprihatinkan di bidang musik gereja. Karena
sekarang ini yang memegang kendali musik bukan lagi Gereja, tetapi sebaliknya
Gereja banyak dipengaruhi oleh musik sekuler. Bahkan di mana-mana sekarang ini musik
gereja menjadi suatu usaha bisnis yang besar dan menguntungkan. Memang hal ini
tidak dapat dicegah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi modern yang
ditemukan oleh umat manusia. Tetapi yang menyedihkan adalah musik tidak
berperan aktif lagi dalam ibadah Kristen, baik secara kelompok maupun secara
perseorangan. Ada
kalanya musik telah dieksploatir atau dimanipulasikan sebagai entertainment
saja atau untuk menggugah emosi. Meskipun jemaat mendapat porsi yang cukup
banyak dalam menyanyi, tetapi porsi ini tidak cukup menjamin bahwa jemaat telah
dipersiapkan untuk menerima Firman Tuhan dan pengalaman ibadah yang memuaskan.
Kadang-kadang yang kita temukan di gereja adalah susunan liturgi dengan
nyanyian-nyanyian yang dari minggu ke minggu dipakai tanpa perubahan sehingga
kita dapat menerka nyanyian apa yang akan dinyanyikan sesudah acara ini dan
sebagainya. Bahkan Paduan Suara Gereja yang menempati suatu acara yang cukup
penting seringkali tidak dapat mempersiapkan sidang dalam beribadah. Keluhan yang
sering terdengar adalah kurangnya lagu-lagu baru dan repertoire yang up to date
menyebabkan mereka mengulang-ulangi nyanyian yang lama atau bahkan sebaliknya
lebih sering menggunakan nyanyian terbaru dan melupakan nyanyian yang lama,
karena nyanyian yang baru lebih familier di telinga ketimbang akord dari
lagu-lagu lama yang “aneh” atau ganjil.
Apakah keluhan ini
benar? Memang keluhan ini benar, tetapi sebagian kecil saja. Sebab kita tidak
berani memakai nyanyian baru yang mempunyai akord-akord yg modern dan sedang
”in” saat ini. Kita semua takut kalau dianggap tidak becus menyanyikan
musik-musik standard dari Eropa yang telah diakui sebagai yang terbaik dan
paling cocok untuk musik gereja. Sampai-sampai kita lupa bahwa dunia di
sekeliling kita telah berubah, dan tidak banyak lagi orang yang dapat menikmati
dan mencernakan musik yang kita bawakan.
Jika kita kembali
kepada peranan Gereja dan musik yang sejalan, maka kita harus mengintrospeksi
diri sendiri mengenai musik-musik yang kita sajikan kepada sidang jemaat. Pertama-tama kita harus ingat musik itu
harus dapat menolong jemaat untuk mengalami ibadah yang benar, jadi mereka
harus mengerti apa yang mereka dengar atau nyanyikan. Sebab itu berilah mereka
nyanyian yang dapat mereka nikmati sehingga menolong mereka untuk melihat
kebenaran Allah dan menyadari dirinya sebagai manusia yang memerlukan Allah. Yang kedua, kita harus ingat musik termasuk
cabang seni. Dan harus kita ingat juga bahwa seni tidak pernah mandeg,
tetapi terus berkembang. Tidak mungkin untuk membendung atau mencegah
perkembangannya. Jalan satu-satunya : Janganlah mencoba untuk membendung atau
menolaknya, tetapi ikutilah alirannya tanpa harus tenggelam di dalamnya. Hanya
degan cara inilah kita dapat kembali menempatkan musik pada proporsi yang
sebenarnya di dalam gereja tanpa membingungkan dan membosankan pendengar atau
penyanyi.
Apakah semua musik
akan dapat dipakai dalam ibadah? Marilah kita mendengarkan apa yang dikatakan
oleh Rev. Virgil C. Funk : ”The musician
has every right to insist that music be godd. But although all liturgical music
should be good music, not all good music is suitable to the liturgy. The nature
of the liturgy itself will help to determine what kind of music is called for,
what parts are to be preferred for singing and who is to sing them.” Setiap musik mempunyai tempat
sendiri-sendiri, dan kesempatan untuk tiap musik dimainkan juga bebeda-beda,
Oleh sebab itu seseorang yang berkecimpung dalam dunia musik gereja harus peka
terhadap musik yang mereka pilih. Bukan hanya yang mereka senangi atau kenal
saja, tetapi terutama kesempatan yang diberikan itu harus sesuai dengan musik yang
mereka pilih. Mengenai komposisinya, dapat dipilih dari yang klassik sampai
dengan yang modern, asal sesuai dengan suasananya. Dan
harus diingat pagelaran musik gereja tidak boleh hanya menjadi sarana hiburan
saja, tetapi harus membawa suasana beribadah yang mengingatkan manusia kepada
kebesaran Allah sang Pencipta.
Carl Harter menulis
dalam bukunya “The Practice of Sacred
Music” : “The chief, and perhaps only, difference between the music of the
church and secular music is a difference in function. Where secular music is
free to address itself to any man’s emotions , the music of the church is
restricted to serving the Word of God, its presentation to man and man’s
response to the Word. Church Music is never an end in itself; nor its function
to entertain.” Jelaslah sekarang perbedaan antara musik gereja dan musik
sekuler. Musik gereja harus selalu menunjukkan kepada Allah, tetapi musik
sekuler adalah musik untuk diri sendiri (bagi pemusiknya maupun pendengarnya).
Musik harus dijadikan
senjata utama dalam misi gereja di dunia, oleh karena itu “iman” dari para
penyanyinya harus nampak dan dapat dirasakan melalui nyanyian atau musik yang
dimainkannya. Kita tidak boleh memandang musik hanya sebagai pengisi acara
kebaktian saja. Nyanyian Gereja/rohani bukan saja menjadi kesaksian, tetapi
juga alat untuk menyampaikan kesaksian itu. Musik sebagai alat pertumbuhan
rohani harus dimulai dari lutut kita semua. Ia bertumbuh melalui iman dan
pengabdian. Oleh karena itu musik harus dipilih berdasarkan kebenaran
theologinya, baik dalam pemberitaannya maupun dalam penjiwaannya bukan hanya
karena segi-segi artistik saja.
Karena musik adalah dari Allah dan untuk
dikembalikan kepada Allah maka kita harus melihat kembali apa yang patut kita
kerjakan untuk musik agar menempati porsi yang benar. Pertama, kita harus
menyadari betapa besar dan kuatnya pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama
emosi manusia. Kedua, seni tidak dapat dicegah perkembangannya tetapi harus
diikuti tanpa ikut terhanyut di dalamnya. Dalam hal ini kita harus bergantung
kepada pimipinan Roh Kudus. Bila kita telah memakai jenis musik yang mana saja,
janganlah lupa untuk mengingat bahwa fungsi musik adalah untuk melayani dan
memuliakan Allah, bukan untuk mencari pujian bagi diri pribadi. Thomas L. Are
dalam bukunya ”Faithsong” menulis bahwa musik itu mati, yang dapat memberikan
hidup adalah penyanyinya atau pemain musiknya. Jadi semua yang dilakukan
oleh pemain musik atau penyanyi akan tercermin dalam musik yg dibawakannya.
Ketiga,
semua orang yang terlibat dalam pelayanan musik dalam gereja harus ingat bahwa
mereka melayani Allah, janganlah mencoba untuk meninggikan diri sendiri.
Tetapi dengan rendah hati memberikan semua yang mereka punyai, baik bakat,
talenta dan sebagainya bagi Allah. Ingat, ini bukan berarti kita harus berpuas
diri dan tidak usah belajar lagi, karena semua sudah diserahkan kepada Roh
Kudus. Justru kita harus meningkatkan diri agar pelayanan musik makin meningkat
dan makin sempurna. Kesempurnaan harus selalu kita kejar.